Thursday, 30 October 2014

Lakukan sebelum terlambat



“Betapa sedihnya hatiku….Dengan bergegas hati aku juga meminta alamat orang tuaku yang asli. Tetapi ummiku tak mempunyainya, hanya mempunyai foto ummiku yang asli, setelah kulihat lagi-lagi Allah Maha Besar, ternyata ibu warung bakso 88 adalah ummiku….”

 Hujan mengguyur bumi, petir menyambar pepohonan, dan kabut tebal menyelimuti sinar matahari di pagi hari, saat itu aku sedang duduk dan tanpa sadar aku terbawa ke alam lampau (teringat kenangan). 

Aku seorang anak yang dibesarkan oleh keluarga elite, keluarga kami hidup berbahagia, nyaman dan serba punya. Dengan 5 bersaudara rumah terasa ramai, apa lagi aku anak bungsu yang amat dimanja. Maklumlah, hidup serba ada, tinggal di kota besar Medan membuat hidupku berfoya-foya.

Waktu remajaku, kuinjakkan di SMP favorite yang ada di kotaku. Tak ada bedanya dengan para remaja yang lain, mereka bergaul dengan berlebihan, berpacaran, bolos sekolah dan merokok, seperti itulah kehidupanku. Di sekolah aku memiliki gank yang berpersonilkan 6 orang, dan dalam community kami sangat kompak dan solider. Berpersonilkan 6 orang bukanlah semuanya itu berasal dari kota melainkan 2 orang dari kampung. Kami memiliki kebiasaan berkunjung dan menginap di rumah 6 orang tersebut secara bergilir tiap bulannya. Salah satu dari 2 orang personilku itu ada yang sangat kusenangi ketika menginap di rumahnya. Namanya Apriadi, yang berasal dari kampung. Aku juga memiliki kebiasaan yang tidak dimiliki seperti personilku yang lain ketika menginap di rumah Apriadi, yaitu makan bakso di warung 88. Jujur aku sangat senang sekali makan di situ, karna ibu itu sangat baik dan setiap saya makan di situ selalu ngobrol dengannya. Dan itulah kebiasaanku sekaligus warung terfavoritku.

Berjalannya waktu dengan cepat bagaikan ombak besar yang terbawa ke tepi pantai, tidak terasa aku sudah duduk di kelas 3 SMP. Karna prestasi serta peringkat yang kuraih cukup sempurna membuatku egois, sombong, dll. Di waktu iniah puncak-puncaknya diriku membuat kesalahan dan membuat kekecewaan keluarga.
         
   Suatu hari yang paling mengecewakan keluargaku, yaitu saat pihak sekolah mengeluarkan sepucuk surat yang berisi tentang pelanggaran yang kulakukan, seperti bolos sekolah, merokok, dan berkelahi. Mendengar berita ini kedua orang tuaku langsung lemas dan tak berdaya khususnya ummiku. Tak berselang lama, sehabis membaca surat itu, 2 jam kemudian datang seorang gadis yang menceritakan pada ummiku tentang perilaku burukku terhadapnya, ummiku malu tak karuan terhadapnya yang sangat aneh kurasakan, tak ada angin, hujan maupun badai, tetapi tetanggaku mengetahui kabar tersebut, dan sengaja bercerita pada tetangga lain ketika ummiku berada di sekitar itu, dan ini belum seberapa.

Ketika kuhendak berangkat sekolah, tetanggaku juga menanyakan kepadaku, ”Fairuz, kamu kok baik banget sich jadi orang ???” Ujarnya dengan menghina. ”Dasar kamu aib keluarga, maklumlah kamu kan anak angkat” Katanya. Mendengar ucapan itu, kurasakan hatiku seperti tersayat pisau yang ditetesi air jeruk nipis. Kemudian aku berhenti sejenak dan melangkahkan kaki untuk tidak sekolah dan pulang, segera menuju ke kamar.

Di kamar aku memikirkan terus perkataan tetanggaku yang kedua. Air mata tak dapat kutahan dan terpaksa membasahi pipiku... dan sampai aku tertidur.
            Ketika aku tertidur, aku bermimpi bertemu dengan ibu yang menjual bakso 88, dan kurasakan sangat bahagia ketika ia memelukku dan mencium keningku, tapi aku bahagia di dalam duka, karna ia mengatakan harus pergi dariku, dan dalam mimpi aku menangis lagi.
         
   Aku terbangun dan langsung menghadap kedua orang tuaku dan menanyakan hal tersebut. Dan tak pernah kusangka ternyata ummiku menjawab seperti  perkataan tetanggaku. Allahu Akbar... betapa sedihnya hatiku, dengan bergegas hati aku juga meminta alamat orang tuaku yang asli, tetapi ummiku tak mempunyainya, hanya mempunyai foto ummiku yang asli, setelah kulihat lagi-lagi Allah Maha Besar, ternyata ibu warung bakso 88 adalah ummiku, dan aku menangis terisak-isak. Dengan izin kedua orang tuaku, aku mengatakan akan menemui orang tuaku yang asli.

            Sesampai tujuan aku menanyakan keberadaan ummiku yang asli, tetapi para pembantunya mengatakan ummiku berada di rumah sakit, terserang penyakit tumor ganas. Tak perlu pikir panjang aku langsung menuju rumah sakit. Tepat di hadapan ummiku yang sedang terbaring tanpa sadar, aku menangis sekuat-kuatku dengan menciuminya dan mengatakan, “Ummi, maafkan aku.” Dengan nada yang keras. Perlahan tapi pasti, matanya terbuka dan memandang wajahku. Bukan kepayang senangnya hatiku. Dan ia berkata, “Anakku sekarang engkau telah tumbuh menjadi dewasa. Dan maafkan ibu, karena tidak memberitahumu bahwa aku adalah ibu kandungmu. Maafkan ibu, boleh ibu peluk kamu dan mencium kamu? Peluk ibu nak, dekatlah nak...” Aku pu memenuhi permintaannya dan merasa bahagia. Tapi, untung tak dapat diraih malang tak dapat ditolak, karena ketika aku mendekapnya dan ia menciumku. Ternyata Malaikat Izrail membawa nyawa ibu kandungku dengan seketika, kurasakan jiwaku pun hampir ikut dengannya. Dan ternyata pertemuanku dengannya saat itu, sekaligus menutup sebagai pertemuan untuk terakhir kalinya.
 

            Saudara, ketahuilah bahwa cinta kedua orang tua takkan pernah kita dapat dan rasakan, dibandingkan cinta orang lain terhadap kita. Saudaraku, cintailah dan penuhilah kewajiban kita sebagai seorang anak, serta bahagiakanlah hati kedua orang tua kita dengan perilaku baik kita, selagi kita masih dapat melihatnya dan merasakan cintanya terhadap kita... Lakukan sebelum terlambat.  (Fairuz ad-Daelami_Cordova)

0 komentar: