“Katakanlah: "Siapakah yang memberi
rezki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang Kuasa (menciptakan)
pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari
yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur
segala urusan?" Maka mereka akan menjawab: "Allah". Maka
Katakanlah "Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?"(QS. Yunus: 31)
Sesungguhnya alam
semesta ini: langit, bumi, planet, bintang, hewan, pepohonan, lautan, malaikat,
serta manusia seluruhnya Allah yang menciptakan, seluruh jagad raya dan alam
semesta, mereka semua tunduk dan patuh kepada perintah kauniyahNya.
Orang yang berakal pasti semakin merenungkan makhluk-makhluk ini, semakin yakin
itu semua diciptakan dengan haq untuk yang haq. Bahwasanya ia diatur dan tidak
ada pengatur yang keluar dari aturan Penciptanya. Semua meyakini Sang Pencipta
dengan fitrahnya.
Seandainya
seorang manusia diasingkan dan dibiarkan fitrahnya, pasti ia akan mengarah
kepada tauhid yang dibawa oleh para rasul, yang disebutkan oleh kitab-kitab
suci dan ditunjukkan oleh alam. Akan tetapi, bimbingan yang menyimpang dan
lingkungan yang atheis itulah faktor yang mengubah pandangan si bayi. Dari
sanalah anak manusia mengikuti bapaknya dalam kesesatan dan penyimpangan. Allah
ta’ala berfirman dalam hadits qudsi,
خَلَقْتُ عِباَدِيَ
حُنَفاَءَ فاَ جْتاَلَتْهُمُ الشَّياَطِيْنُ
“Aku ciptakan hamba-hambaKu dalam keadaan
lurus bersih, maka setanlah yang memalingkan mereka.” (HR. Musim dan Ahmad)
Tidak
ada manusia yang diketahui menolak keberadaan Sang Pencipta kecuali karena
kesombongannya, sebagaimana yang terjadi pada Fir’aun. Suatu ketika,
Jubair bin Muth’im mendengar Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam membaca
surat Ath-Thur.
Beliau membaca sampai pada ayat berikut,
“Apakah mereka
diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka
sendiri)? Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu? Sebenarnya mereka
tidak meyakini (apa yang mereka katakan). Ataukah di sisi mereka ada
perbendaharaan Tuhanmu atau merekakah yang berkuasa?” (QS. Ath-Thur: 35-37)
Pada
saat itu, Jubair bin Muth’im seorang musyrik. Tetapi mendengar ayat yang dibaca
oleh Rosululloh tersebut, ia berkata, “Hampir saja hatiku terbang
kegirangan. Itulah pertama kalinya iman bersemayam di hatiku.” (Al Bukhari
dalam Kitabul Qadar dan Muslim dalam Kitabul Qadar)
TEORI EVOLUSI DI SEKOLAH
Di sekolah, sahabat
mungkin pernah mendapatkan suatu pelajaran biologi yang mempelajari tentang
Teori Evolusi. Teori Evolusi ini benar-benar Bom-Bas-Tis!!! Hampir seluruh
kurikulum pendidikan di Indonesia
memasukkan teori evolusi ini pada pelajaran tersebut. Pada teori ini dijelaskan
bahwa keberadaan alam semesta terjadi dengan sendirinya, dan keberadaan manusia
itu sendiri sebelumnya mengalami evolusi-evolusi, sehingga para penganut teori
ini mengklaim bahwa manusia dahulu berasal dari kera. Dari kera??? Setujukah
kita???
Orang yang
mengemukakan teori evolusi sebagaimana yang dipertahankan di bangku sekolah
kita adalah seorang naturalis amatir dari Inggris Charles
Robert Darwin. Teori evolusi Darwinisme ini terus diajarkan berulang-ulang
seakan-akan teori tersebut adalah fakta yang terbukti. Namun, pernahkah kita
berfikir, seandainya teori evolusi tersebut dibenarkan dan diyakini oleh para
siswa di sekolah maka pada hakikatnya mereka telah mengingkari akan keberadaan
Alloh sebagai Pencipta dan Pengatur alam semesta?! Marilah kita renungkan…
Ø Khayalan Tentang “Seleksi Alam”
Sahabat fityan,
tahukah kamu bahwa Charles Darwin sendiri tidak pernah mengenyam pendidikan
formal di bidang biologi. Ia hanya memiliki ketertarikan amatir pada alam dan
makhluk hidup. Minat tersebut mendorongnya bergabung secara sukarela dalam
ekspedisi pelayaran dengan sebuah kapal bernama H.M.S. Beagle
yang berangkat dari Inggris tahun 1832 dan mengarungi berbagai belahan dunia
selama lima tahun. Darwin
muda sangat takjub melihat beragam spesies makhluk hidup terutama jenis-jenis
burung finch tertentu di kepulauan Galapagos. Ia mengira bahwa variasi
pada paroh burung-burung tersebut disebabkan oleh adaptasi mereka terhadap habitat. Dengan pemikiran ini ia menduga bahwa asal-usul
kehidupan dan spesies berdasar pada konsep “adaptasi terhadap lingkungan”.
Menurut Darwin aneka spesies makhluk
hidup tidak diciptakan secara terpisah oleh Tuhan tetapi berasal dari nenek
moyang yang sama dan menjadi berbeda satu sama lain akibat kondisi alam.
Hipotesis Darwin tidak berdasarkan penemuan atau penelitian ilmiah apa pun,
tetapi kemudian ia menjadikannya sebuah teori monumental berkat dukungan dan
dorongan para ahli biologi materialis terkenal pada masanya. Gagasannya
menyatakan bahwa individu-individu yang beradaptasi pada habitat mereka dengan
cara terbaik akan menurunkan sifat-sifat mereka kepada generasi berikutnya.
Sifat-sifat yang menguntungkan ini lama kelamaan terakumulasi dan mengubah
suatu individu menjadi spesies yang sama sekali berbeda dengan nenek moyangnya
.
Menurut
Darwin manusia adalah hasil paling maju dari mekanisme ini. Darwin menamakan proses ini “evolusi melalui
seleksi alam”. Ia mengira telah menemukan “asal-usul spesies” , suatu spesies
berasal dari spesies lain. Ia mempublikasikan pandangannya ini dalam bukunya
yang berjudul The Origin of Spesies By Means of Natural Selection
pada tahun 1859. Darwin
sadar bahwa teorinya menghadapi banyak masalah. Ia mengakui ini dalam bukunya
pada bab Difficulties of the Theory. Kesulitan-kesulitan ini terutama
pada catatan fosil dan organ-organ rumit makhluk hidup. Darwin berharap kesulitan-kesulitan ini akan
teratasi oleh penemuan-penemuan baru tetapi bagaimanapun ia tetap mengajukan
sejumlah penjelasan yang sangat tidak memadai untuk sebuah kesulitan tersebut.
Seorang ahli Fisika Amerika Lipson mengomentari “kesulitan-kesulitan” Darwin tersebut:
“Ketika membaca The Origin of Spesies saya
mendapati bahwa Darwin
sendiri tidak seyakin yang sering dikatakan
orang tentangnya; bab Difficulties of The Theory misalnya menunjukkan
keragu-raguannya yang cukup besar.
Sebagai seorang fisikawan saya secara khusus merasa terganggu oleh komentarnya
mengenai bagaimana mata terbentuk.”
Ø Teori
Evolusi dan Paham Atheis
Teori
evolusi merupakan buah filsafat materialistis yang muncul bersamaan dengan
kebangkitan filsafat-filsafat materialistis kuno dan kemudian menyebar luas di
abad ke-19. Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa paham materialisme
berusaha menjelaskan alam semesta melalui faktor-faktor materi. Karena menolak
penciptaan, pandangan ini menyatakan bahwa segala sesuatu hidup atau tidak
hidup muncul tidak melalui penciptaan tetapi dari sebuah peristiwa kebetulan
yang kemudian mencapai kondisi teratur.
HAKIKAT PENCIPTAAN MANUSIA
“Dan
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari
tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat
yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu
segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami
jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging.
kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah
Allah, Pencipta yang paling baik.” (QS. Al-Mukminun:12-14)
Dalam dunia science
teori evolusi Charles Darwin
sangat terkenal. Bahkan walaupun hanya merupakan suatu kesimpulan yang tak
terbukti sama sekali, banyak orang yang mempercayainya karena ia berbaju
science. Padahal science sendiri yang dulunya dipercaya benar ternyata kemudian
terbukti salah.
Salah satu dampak dari
teori evolusi adalah mengikis iman akan adanya Sang Pencipta. Dengan
begitu secara tak disadari seseorang yang mempercayai teori evolusi akan
dikikis imannya terhadap adanya Sang Pencipta. Sebagai muslimin kita harusnya
mengembalikan hal ihwal penciptaan ini kepada Sang Pencipta itu sendiri Allah
Subhaanahu wa Ta’ala.
Tentunya jika disuruh
memilih harus percaya siapa tentunya kita harus percaya kepada Allah. Inilah
yang harus menjadi landasan berpikir dan keyakinan kaum muslimin dalam
mengetahui asal muasal penciptaan manusia. Dalam hal ini Allah telah mewahyukan
kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam Al-Qur’an dalam
beberapa surat
dan ayat di antaranya adalah ayat yang kita sebutukan di atas. Ayat-ayat di
atas menerangkan bahwa Allah menciptakan manusia pertama kali dari tanah dan
menyempurnakan bentuknya. Kemudian dari satu manusia itu-yakni Adam
‘Alaihissalam-Allah menciptakan istri bagi Adam kemudian dari keduanyalah Allah
mengembangbiakkan manusia. Bahkan hal itu sangat jelas dan mudah dipahami oleh
siapa pun yang mau sejenak menggunakan otaknya dengan baik.
Jadi
pertanyaan-pertanyaan yang timbul di kalangan kaum muslimin tentang teori Darwin ini dapat dijawab
dengan ayat-ayat Al-Qur’an. Namun sayang kebanyakan kaum muslimin kurang
mengerti akan isi kitab sucinya. Mereka paling-paling hanya membaca Al-Fatihah
serta surat-surat pendek di Juz ‘Amma. Itu pun belum tentu dengan pemahaman
yang benar akan kandungan ayat yang mereka baca.
Sekarang telah timbul
gerakan anti teori evolusi, suatu gerakan yang dipelopori Adnan Oktar
dengan mengusung nama “Harun Yahya”. Dia adalah seorang muslim Turki. Gerakan
ini mengguncang para penganut dan pencinta teori evolusi. Mereka bahkan mati
kutu ketika dihadapkan pada kenyataan bahwa teori yang mereka sanjung selama
ini ternyata omong kosong belaka dan penuh kepalsuan. Sekali lagi terbukti
bahwa adalah suatu kebodohan jika seseorang menuhankan science.
Science bukanlah
pencipta science hanya menguak rahasia-rahasia yang tersimpan di balik ciptaan
Allah ini. Dengan science manusia dapat memanfaatkan segala yang diciptakan
Allah untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingannya. Seharusnya science juga
mengantar manusia kepada iman terhadap Allah Sang Pencipta alam semesta bukan
malah sebaliknya.
Sahabat Fityan….
Jika keberadaan kita
ini hanya untuk hidup, kemudian bersenang-senang, kemudian mati tanpa ada
kebangkitan dan perhitungan, tidak mau tahu dengan keberadaan Sang Pencipta
yang memiliki tujuan saat menciptakan manusia dan alam semesta, maka sikap
tersebut tidaklah sesuai dengan akal dan fitrah manusia yang sehat. Manusia
tidak mungkin diciptakan secara tiba-tiba dan tidak mungkin pula menciptakan
dengan sendirinya tanpa Sang Pencipta. Di samping itu, keberadaan seluruh
makhluk yang teratur, indah, rapi dan harmonis ini secara tegas membantah
anggapan bahwa keberadaannya terjadi secara kebetulan; pasti pada asal
keberadaannya sudah tidak teratur, sehingga mana mungkin setelah sekian lama
dan berkembang menjadi teratur?” Dengan demikian, bisa dipastikan bahwa yang
menciptakan adalah Alloh saja. Tidak ada yang menciptakan dan memerintah alam
ini kecuali Alloh.
Sayang
sekali, pendidikan di negeri kita ini masih berkutat pada aspek kognitif. Kita
dapat dengan mudah belajar matematika, kimia, biologi, tapi nggak ada satupun
mata pelajaran yang mengajarkan secara khusus untuk menjawab pertanyaan,
“Siapakah aku?”; “Buat apa aku diciptakan di muka bumi?”; atau “Apa sebenarnya
yang aku lakukan untuk bisa menjadi seorang yang sebenarnya?”
Padahal,
langkah pertama yang harus dilakukan seorang pembelajar sejati adalah
mengeksplorasi jati diri. Dan itu harus menjadi satu hal yang penting
ditumbuhkan di keluarga maupun sekolah. Jika tidak dijadikan pondasi dalam
hidup, kita akan mudah sekali hidup di bawah bayang-bayang orang lain, tidak
punya prinsip dan tidak pula memahami hakikat kehidupan. (Ridwan
Ababil)
0 komentar:
Post a Comment