Monday, 24 March 2014

Hakikat Penciptaan Manusia Dan Alam Semesta



“Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang Kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?" Maka mereka akan menjawab: "Allah". Maka Katakanlah "Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?"(QS. Yunus: 31)

            Sesungguhnya alam semesta ini: langit, bumi, planet, bintang, hewan, pepohonan, lautan, malaikat, serta manusia seluruhnya Allah yang menciptakan, seluruh jagad raya dan alam semesta, mereka semua tunduk dan patuh kepada perintah kauniyahNya.
Orang yang berakal pasti semakin merenungkan makhluk-makhluk ini, semakin yakin itu semua diciptakan dengan haq untuk yang haq. Bahwasanya ia diatur dan tidak ada pengatur yang keluar dari aturan Penciptanya. Semua meyakini Sang Pencipta dengan fitrahnya.
            Seandainya seorang manusia diasingkan dan dibiarkan fitrahnya, pasti ia akan mengarah kepada tauhid yang dibawa oleh para rasul, yang disebutkan oleh kitab-kitab suci dan ditunjukkan oleh alam. Akan tetapi, bimbingan yang menyimpang dan lingkungan yang atheis itulah faktor yang mengubah pandangan si bayi. Dari sanalah anak manusia mengikuti bapaknya dalam kesesatan dan penyimpangan. Allah ta’ala berfirman dalam hadits qudsi,

خَلَقْتُ عِباَدِيَ حُنَفاَءَ فاَ جْتاَلَتْهُمُ الشَّياَطِيْنُ
“Aku ciptakan hamba-hambaKu dalam keadaan lurus bersih, maka setanlah yang memalingkan mereka.” (HR. Musim dan Ahmad)

            Tidak ada manusia yang diketahui menolak keberadaan Sang Pencipta kecuali karena kesombongannya, sebagaimana yang terjadi pada Fir’aun. Suatu ketika, Jubair bin Muth’im mendengar Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam membaca surat Ath-Thur. Beliau membaca sampai pada ayat berikut,

“Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)? Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu? Sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan). Ataukah di sisi mereka ada perbendaharaan Tuhanmu atau merekakah yang berkuasa?” (QS. Ath-Thur: 35-37)

            Pada saat itu, Jubair bin Muth’im seorang musyrik. Tetapi mendengar ayat yang dibaca oleh Rosululloh tersebut, ia berkata, “Hampir saja hatiku terbang kegirangan. Itulah pertama kalinya iman bersemayam di hatiku.” (Al Bukhari dalam Kitabul Qadar dan Muslim dalam Kitabul Qadar)

TEORI EVOLUSI DI SEKOLAH
Di sekolah, sahabat mungkin pernah mendapatkan suatu pelajaran biologi yang mempelajari tentang Teori Evolusi. Teori Evolusi ini benar-benar Bom-Bas-Tis!!! Hampir seluruh kurikulum pendidikan di Indonesia memasukkan teori evolusi ini pada pelajaran tersebut. Pada teori ini dijelaskan bahwa keberadaan alam semesta terjadi dengan sendirinya, dan keberadaan manusia itu sendiri sebelumnya mengalami evolusi-evolusi, sehingga para penganut teori ini mengklaim bahwa manusia dahulu berasal dari kera. Dari kera??? Setujukah kita???
               
Orang yang mengemukakan teori evolusi sebagaimana yang dipertahankan di bangku sekolah kita adalah seorang naturalis amatir dari Inggris Charles Robert Darwin. Teori evolusi Darwinisme ini terus diajarkan berulang-ulang seakan-akan teori tersebut adalah fakta yang terbukti. Namun, pernahkah kita berfikir, seandainya teori evolusi tersebut dibenarkan dan diyakini oleh para siswa di sekolah maka pada hakikatnya mereka telah mengingkari akan keberadaan Alloh sebagai Pencipta dan Pengatur alam semesta?! Marilah kita renungkan…

Ø   Khayalan Tentang “Seleksi Alam”
Sahabat fityan, tahukah kamu bahwa Charles Darwin sendiri tidak pernah mengenyam pendidikan formal di bidang biologi. Ia hanya memiliki ketertarikan amatir pada alam dan makhluk hidup. Minat tersebut mendorongnya bergabung secara sukarela dalam ekspedisi pelayaran dengan sebuah kapal bernama H.M.S. Beagle yang berangkat dari Inggris tahun 1832 dan mengarungi berbagai belahan dunia selama lima tahun. Darwin muda sangat takjub melihat beragam spesies makhluk hidup terutama jenis-jenis burung finch tertentu di kepulauan Galapagos. Ia mengira bahwa variasi pada paroh burung-burung tersebut disebabkan oleh adaptasi mereka terhadap habitat. Dengan pemikiran ini ia menduga bahwa asal-usul kehidupan dan spesies berdasar pada konsep “adaptasi terhadap lingkungan”.
            Menurut Darwin aneka spesies makhluk hidup tidak diciptakan secara terpisah oleh Tuhan tetapi berasal dari nenek moyang yang sama dan menjadi berbeda satu sama lain akibat kondisi alam. Hipotesis Darwin tidak berdasarkan penemuan atau penelitian ilmiah apa pun, tetapi kemudian ia menjadikannya sebuah teori monumental berkat dukungan dan dorongan para ahli biologi materialis terkenal pada masanya. Gagasannya menyatakan bahwa individu-individu yang beradaptasi pada habitat mereka dengan cara terbaik akan menurunkan sifat-sifat mereka kepada generasi berikutnya. Sifat-sifat yang menguntungkan ini lama kelamaan terakumulasi dan mengubah suatu individu menjadi spesies yang sama sekali berbeda dengan nenek moyangnya .
            Menurut Darwin manusia adalah hasil paling maju dari mekanisme ini. Darwin menamakan proses ini “evolusi melalui seleksi alam”. Ia mengira telah menemukan “asal-usul spesies” , suatu spesies berasal dari spesies lain. Ia mempublikasikan pandangannya ini dalam bukunya yang berjudul The Origin of Spesies By Means of Natural Selection pada tahun 1859. Darwin sadar bahwa teorinya menghadapi banyak masalah. Ia mengakui ini dalam bukunya pada bab Difficulties of the Theory. Kesulitan-kesulitan ini terutama pada catatan fosil dan organ-organ rumit makhluk hidup. Darwin berharap kesulitan-kesulitan ini akan teratasi oleh penemuan-penemuan baru tetapi bagaimanapun ia tetap mengajukan sejumlah penjelasan yang sangat tidak memadai untuk sebuah kesulitan tersebut. Seorang ahli Fisika Amerika Lipson mengomentari “kesulitan-kesulitan” Darwin tersebut:

             “Ketika membaca The Origin of Spesies saya mendapati bahwa Darwin sendiri tidak seyakin yang sering    dikatakan orang tentangnya; bab Difficulties of The Theory misalnya menunjukkan keragu-raguannya yang     cukup besar. Sebagai seorang fisikawan saya secara khusus merasa terganggu oleh komentarnya mengenai       bagaimana mata terbentuk.”

Ø  Teori Evolusi dan Paham Atheis
            Teori evolusi merupakan buah filsafat materialistis yang muncul bersamaan dengan kebangkitan filsafat-filsafat materialistis kuno dan kemudian menyebar luas di abad ke-19. Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa paham materialisme berusaha menjelaskan alam semesta melalui faktor-faktor materi. Karena menolak penciptaan, pandangan ini menyatakan bahwa segala sesuatu hidup atau tidak hidup muncul tidak melalui penciptaan tetapi dari sebuah peristiwa kebetulan yang kemudian mencapai kondisi teratur.

HAKIKAT PENCIPTAAN MANUSIA
“Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.” (QS. Al-Mukminun:12-14)

            Dalam dunia science teori evolusi Charles Darwin sangat terkenal. Bahkan walaupun hanya merupakan suatu kesimpulan yang tak terbukti sama sekali, banyak orang yang mempercayainya karena ia berbaju science. Padahal science sendiri yang dulunya dipercaya benar ternyata kemudian terbukti salah.
Salah satu dampak dari teori evolusi adalah mengikis iman akan adanya Sang Pencipta. Dengan begitu secara tak disadari seseorang yang mempercayai teori evolusi akan dikikis imannya terhadap adanya Sang Pencipta. Sebagai muslimin kita harusnya mengembalikan hal ihwal penciptaan ini kepada Sang Pencipta itu sendiri Allah Subhaanahu wa Ta’ala.
Tentunya jika disuruh memilih harus percaya siapa tentunya kita harus percaya kepada Allah. Inilah yang harus menjadi landasan berpikir dan keyakinan kaum muslimin dalam mengetahui asal muasal penciptaan manusia. Dalam hal ini Allah telah mewahyukan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam Al-Qur’an dalam beberapa surat dan ayat di antaranya adalah ayat yang kita sebutukan di atas. Ayat-ayat di atas menerangkan bahwa Allah menciptakan manusia pertama kali dari tanah dan menyempurnakan bentuknya. Kemudian dari satu manusia itu-yakni Adam ‘Alaihissalam-Allah menciptakan istri bagi Adam kemudian dari keduanyalah Allah mengembangbiakkan manusia. Bahkan hal itu sangat jelas dan mudah dipahami oleh siapa pun yang mau sejenak menggunakan otaknya dengan baik.
Jadi pertanyaan-pertanyaan yang timbul di kalangan kaum muslimin tentang teori Darwin ini dapat dijawab dengan ayat-ayat Al-Qur’an. Namun sayang kebanyakan kaum muslimin kurang mengerti akan isi kitab sucinya. Mereka paling-paling hanya membaca Al-Fatihah serta surat-surat pendek di Juz ‘Amma. Itu pun belum tentu dengan pemahaman yang benar akan kandungan ayat yang mereka baca.
Sekarang telah timbul gerakan anti teori evolusi, suatu gerakan yang dipelopori Adnan Oktar dengan mengusung nama “Harun Yahya”. Dia adalah seorang muslim Turki. Gerakan ini mengguncang para penganut dan pencinta teori evolusi. Mereka bahkan mati kutu ketika dihadapkan pada kenyataan bahwa teori yang mereka sanjung selama ini ternyata omong kosong belaka dan penuh kepalsuan. Sekali lagi terbukti bahwa adalah suatu kebodohan jika seseorang menuhankan science.
Science bukanlah pencipta science hanya menguak rahasia-rahasia yang tersimpan di balik ciptaan Allah ini. Dengan science manusia dapat memanfaatkan segala yang diciptakan Allah untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingannya. Seharusnya science juga mengantar manusia kepada iman terhadap Allah Sang Pencipta alam semesta bukan malah sebaliknya.

Sahabat Fityan….
Jika keberadaan kita ini hanya untuk hidup, kemudian bersenang-senang, kemudian mati tanpa ada kebangkitan dan perhitungan, tidak mau tahu dengan keberadaan Sang Pencipta yang memiliki tujuan saat menciptakan manusia dan alam semesta, maka sikap tersebut tidaklah sesuai dengan akal dan fitrah manusia yang sehat. Manusia tidak mungkin diciptakan secara tiba-tiba dan tidak mungkin pula menciptakan dengan sendirinya tanpa Sang Pencipta. Di samping itu, keberadaan seluruh makhluk yang teratur, indah, rapi dan harmonis ini secara tegas membantah anggapan bahwa keberadaannya terjadi secara kebetulan; pasti pada asal keberadaannya sudah tidak teratur, sehingga mana mungkin setelah sekian lama dan berkembang menjadi teratur?” Dengan demikian, bisa dipastikan bahwa yang menciptakan adalah Alloh saja. Tidak ada yang menciptakan dan memerintah alam ini kecuali Alloh.
            Sayang sekali, pendidikan di negeri kita ini masih berkutat pada aspek kognitif. Kita dapat dengan mudah belajar matematika, kimia, biologi, tapi nggak ada satupun mata pelajaran yang mengajarkan secara khusus untuk menjawab pertanyaan, “Siapakah aku?”; “Buat apa aku diciptakan di muka bumi?”; atau “Apa sebenarnya yang aku lakukan untuk bisa menjadi seorang yang sebenarnya?”
            Padahal, langkah pertama yang harus dilakukan seorang pembelajar sejati adalah mengeksplorasi jati diri. Dan itu harus menjadi satu hal yang penting ditumbuhkan di keluarga maupun sekolah. Jika tidak dijadikan pondasi dalam hidup, kita akan mudah sekali hidup di bawah bayang-bayang orang lain, tidak punya prinsip dan tidak pula memahami hakikat kehidupan. (Ridwan Ababil)     

0 komentar: