"Saudara-saudaraku, musuh ada di depanmu
sedangkan laut ada di belakangmu. Kemana kamu akan lari?" Mereka berseru,
"Kami akan mengikutimu, Thariq."
Sejarah mencatat namanya sebagai
panglima perang tangguh dan ahli strategi. Namanya pula yang kini diabadikan
sebagai nama tempat yang cukup terkenal, Giblartar, di Spanyol. Di tempat
inilah ia pertama kali menetap untuk melawan Raja Roderic dari Kerajaan
Visigothic, Spanyol, yang dzalim.
Sejarah awal penaklukan
Andalusia tidak bisa lepas dari keberhasilan pasukan bangsa Berber dari Afrika
Utara yang dipimpin oleh Thariq Ibn Ziyad ini. Ia berhasil mengalahkan pasukan
Raja Roderic dalam sebuah pertempuran efektif selama 8 (delapan) hari, waktu
yang sangat singkat untuk menaklukkan sebuah wilayah. Apalagi, jumlah pasukan
musuh delapan kali lebih banyak.
Pertempuran itulah yang
telah membawa kemenangan gemilang dan membuka pintu gerbang kejayaan Islam
untuk masa waktu delapan abad lamanya. Cerita penaklukan bermula ketika Julian
gubernur Ceuta (yang wilayahnya menyatu dengan daratan Maroko) yang di bawah
kekuasaan Spanyol memendam kebencian kepada Raja Roderic. Sang raja memperkosa
anak perempuannya, Florinda, yang dikirim olehnya untuk menuntut ilmu
kepadanya.
Julian bertekad membalas
kebrutalan Roderic. Ia segera mendatangi gubernur Tangier, Jendral Thariq Ibn
Ziyad, untuk meminta bantuan. Thariq waktu itu ditunjuk oleh gubernur Musa ibn
Nusair dari penguasa dinasti Umayyah untuk kawasan kawasan Afrika Utara.
Sebagai gubernur, ia menjaga hubungan baik dengan Julian sehingga tidak ada
permusuhan di antara kedua belah pihak.
Thariq merupakan orang
Berber yang mendapat pangkat tertinggi dalam karir militer. Sebagai langkah
awal pada 710 M Thariq mengutus anak buahnya, Tarif ibn Malik, bersama 400
tentaranya untuk mengadakan survei ke Andalusia. Sedangkan Julian membantu
menyediakan 4 buah kapal untuk menyeberangi selat. Tempat dimana pasukan Tarif
mendarat di Spanyol hingga sekarang dinamakan Tarifa. Letaknya di ujung selatan
Spanyol berhadapan dengan wilayah Maroko.
Setelah kepulangan
ekspedisi Tarif ke Maroko dan membawa kabar bahwa apa yang diceritakan Julian
adalah benar, Thariq menyiapkan pasukan. Perjalanan pasukan Thariq dimulai dari
wilayah Ceuta kemudian menyeberangi selat yang di kemudian hari hingga sekarang
diberi nama selat Jabal al Thariq (Gunung Thariq) atau Gibraltar, dan mendarat
di suatu bukit karang pada musim semi 30 April 711.
Di sinilah base camp
pasukan Thariq. Di sini pula, ia menyusun strategi. Tempat inilah yang di
kemudian hari dikenal dengan nama Gibraltar, wilayah otonomi Inggris di
Semenanjung Iberia. Kekuatan yang dibawa Thariq adalah pasukan berjumlah 12
ribu ribu orang dari bangsa Berber. Bangsa Berber adalah bangsa Afrika utara
(non Arab) yang banyak mendiami kawasan utara Maroko. Mereka merupakan bangsa
nomaden yang hidup berpindah-pindah.
Setelah Islam masuk, mereka
meninggalkan kepercayaan animisme dan menganut agama Islam. Mereka yang
berislam ini kemudian disebut dengan bangsa Moor atau Moro. Kedatangan pasukan Thariq
akhirnya diketahui oleh Gubernur Edeco yang wilayahnya berdekatan dengan
Gibraltar. Ia segera memberitahu Roderic.
Mendengar invasi pasukan Thariq,
Roderic segera menghadangnya dengan jumlah pasukan yang jauh lebih banyak,
yaitu enam kali lipat. Untuk memompa semangat pasukannya, Tarik mengeluarkan
pernyataan yang hingga kini diabadikan dalam buku-buku sejarah:
"Saudara-saudaraku,
musuh ada di depanmu sedangkan laut ada di belakangmu. Kemana kamu akan
lari?" Mereka berseru,
"Kami akan
mengikutimu, Thariq."
Seketika itu juga semangat
pasukan Thariq membara dan maju untuk berperang berhadap-hadapan dengan pasukan
Roderik. Pertempuran berlangsung sekitar satu minggu tanpa henti sehingga berakhir
dengan kekalahan pasukan Roderic. Peperangan terjadi mulai tanggal 11 Juli
hingga 19 Juli 711 di Bulan Ramadhan 92 H. Menjelang berakhirnya Bulan Suci,
tepatnya tanggal 28 Ramadhan, Roderic takluk. (Al Fityan)
0 komentar:
Post a Comment