Wednesday, 16 July 2014

Thariq bin Ziyad (Pembuka Gerbang Kejayaan Islam di Eropa)



"Saudara-saudaraku, musuh ada di depanmu sedangkan laut ada di belakangmu. Kemana kamu akan lari?" Mereka berseru, "Kami akan mengikutimu, Thariq."


Sejarah mencatat namanya sebagai panglima perang tangguh dan ahli strategi. Namanya pula yang kini diabadikan sebagai nama tempat yang cukup terkenal, Giblartar, di Spanyol. Di tempat inilah ia pertama kali menetap untuk melawan Raja Roderic dari Kerajaan Visigothic, Spanyol, yang dzalim.


Sejarah awal penaklukan Andalusia tidak bisa lepas dari keberhasilan pasukan bangsa Berber dari Afrika Utara yang dipimpin oleh Thariq Ibn Ziyad ini. Ia berhasil mengalahkan pasukan Raja Roderic dalam sebuah pertempuran efektif selama 8 (delapan) hari, waktu yang sangat singkat untuk menaklukkan sebuah wilayah. Apalagi, jumlah pasukan musuh delapan kali lebih banyak.

Pertempuran itulah yang telah membawa kemenangan gemilang dan membuka pintu gerbang kejayaan Islam untuk masa waktu delapan abad lamanya. Cerita penaklukan bermula ketika Julian gubernur Ceuta (yang wilayahnya menyatu dengan daratan Maroko) yang di bawah kekuasaan Spanyol memendam kebencian kepada Raja Roderic. Sang raja memperkosa anak perempuannya, Florinda, yang dikirim olehnya untuk menuntut ilmu kepadanya.

Julian bertekad membalas kebrutalan Roderic. Ia segera mendatangi gubernur Tangier, Jendral Thariq Ibn Ziyad, untuk meminta bantuan. Thariq waktu itu ditunjuk oleh gubernur Musa ibn Nusair dari penguasa dinasti Umayyah untuk kawasan kawasan Afrika Utara. Sebagai gubernur, ia menjaga hubungan baik dengan Julian sehingga tidak ada permusuhan di antara kedua belah pihak.

Thariq merupakan orang Berber yang mendapat pangkat tertinggi dalam karir militer. Sebagai langkah awal pada 710 M Thariq mengutus anak buahnya, Tarif ibn Malik, bersama 400 tentaranya untuk mengadakan survei ke Andalusia. Sedangkan Julian membantu menyediakan 4 buah kapal untuk menyeberangi selat. Tempat dimana pasukan Tarif mendarat di Spanyol hingga sekarang dinamakan Tarifa. Letaknya di ujung selatan Spanyol berhadapan dengan wilayah Maroko.

Setelah kepulangan ekspedisi Tarif ke Maroko dan membawa kabar bahwa apa yang diceritakan Julian adalah benar, Thariq menyiapkan pasukan. Perjalanan pasukan Thariq dimulai dari wilayah Ceuta kemudian menyeberangi selat yang di kemudian hari hingga sekarang diberi nama selat Jabal al Thariq (Gunung Thariq) atau Gibraltar, dan mendarat di suatu bukit karang pada musim semi 30 April 711.

Di sinilah base camp pasukan Thariq. Di sini pula, ia menyusun strategi. Tempat inilah yang di kemudian hari dikenal dengan nama Gibraltar, wilayah otonomi Inggris di Semenanjung Iberia. Kekuatan yang dibawa Thariq adalah pasukan berjumlah 12 ribu ribu orang dari bangsa Berber. Bangsa Berber adalah bangsa Afrika utara (non Arab) yang banyak mendiami kawasan utara Maroko. Mereka merupakan bangsa nomaden yang hidup berpindah-pindah.

Setelah Islam masuk, mereka meninggalkan kepercayaan animisme dan menganut agama Islam. Mereka yang berislam ini kemudian disebut dengan bangsa Moor atau Moro. Kedatangan pasukan Thariq akhirnya diketahui oleh Gubernur Edeco yang wilayahnya berdekatan dengan Gibraltar. Ia segera memberitahu Roderic.

Mendengar invasi pasukan Thariq, Roderic segera menghadangnya dengan jumlah pasukan yang jauh lebih banyak, yaitu enam kali lipat. Untuk memompa semangat pasukannya, Tarik mengeluarkan pernyataan yang hingga kini diabadikan dalam buku-buku sejarah:

"Saudara-saudaraku, musuh ada di depanmu sedangkan laut ada di belakangmu. Kemana kamu akan lari?" Mereka berseru,
"Kami akan mengikutimu, Thariq."

Seketika itu juga semangat pasukan Thariq membara dan maju untuk berperang berhadap-hadapan dengan pasukan Roderik. Pertempuran berlangsung sekitar satu minggu tanpa henti sehingga berakhir dengan kekalahan pasukan Roderic. Peperangan terjadi mulai tanggal 11 Juli hingga 19 Juli 711 di Bulan Ramadhan 92 H. Menjelang berakhirnya Bulan Suci, tepatnya tanggal 28 Ramadhan, Roderic takluk. (Al Fityan)

0 komentar: