Tuesday, 15 April 2014

Husnul Khotimahnya Sahabatku di atas Sajadah


Desah angin meyapa lalunya embun yang bersahaja.Tergores senyum yang mewarnai pagi itu, layaknya sebuah tunas yang memulai hari dengan lafadz “Bismillahirrohmanirrohim.”
            Memulai hari-hari dengan tintah syukur, itulah sosok wanita remaja yang biasa membawa keranjang plastik, mencari barang bekas sambil menghafalkn nama-nama tempat yang menjadi langganan tangisannya, tak ada yang pernah menyakitinya, tapi hatinya terasa sakit dengan sendirinya ketika ia melihat wanita sebaya dengannya pergi ke sekolah dengan senyum yang lebar. Ia tidak menyimpan sifat iri, melainkan ia mengikat sebuah do'a mulia.

            Perjalanan hidupnya yang hanya seorang diri, tak pernah melemahkan semangatnya, meski ia sadari bahwa ia harus memutuskan sekolahnya bersamaan dengan putusnya nyawa kedua orang tuanya, ia masih memiliki sesuatu yang dapat membahagiakan orang tuanya kelak, "Janji Allah."

Itulah kalimat perisai yang ia gunakan untuk melawan keminderan, kalimat itu ia dengar langsung dari ayahnya,"Pada saat di akhirat nanti, ada kedua orang tua yang terkejut dan terkagum-kagum dengan pelayanan Allah yang begitu mulia,sehingga kedua orang tua itu diberikan jubah yang dihadiahkan langsung oleh Allah, karena merasa heran maka kedua orang tua itu bertanya, "Wahai Allah,  mengapa kami mendapat pelayanan yang mulia seperti ini?" maka dengan lembut Allah menjawab," karena engkau telah berhasil mendidik anakmu sehingga ia menjaga Kalam-ku(Alqur'an).

            Kisah yang di ambil dari sebuah hadits Rosulullah Sholallohu ‘alaihi wasallam, masih terekam rapi dalam saraf fikirannya. Kenyataan hidup mandiri tanpa campur  tangan orang tua telah menumbuhkan pribadi ‘akhwat’ pada dirinya, sehingga Allah menemukan ia dengan seorang wanita muslimah yang sebaya dengannya.
            Pertemuan dengan sahabat baru itu, kini membuat ia banyak tahu mengenai agama, sahabat barunya yang bernama Afifah Qumairoh, ternyata adalah anak tunggal dari pasangan suami_istri, Rosyid dan Aisyah. Ia dikenalkan kepada orang tua Afifah dan rasa senang mereka mengukirkan sejarah lahirnya anak angkat. Keluarga Afifah yang baik dan agamis membuatnya betah di rumah itu.
            Kedua orang tua Afifah memasukkan mereka berdua ke pondok psantren Darul Qur'an, di sana mereka manghafal Alqur'an dan mengupas setiap lembaran Ayat Aiqur'an. Setelah dua tahun genap mengkhatamkan Alqur'an 30 JUS, maka keduanya bersujud seraya menetes air mata keduanya di hari kamis,11 Desember 2010 dan esok adalah hari terakhir mereka berada di pondok itu.

            Jum'at Fajar 12 Desember 2010, terdengar adzan yang memecahkan segala kesepian, maka mereka bergegas pergi ke masjid untuk sholat berjama'ah, keadaan yang tenang menghiasi keharuan sholat terakhir berjamaah di pondok pesantren itu, ketika imam membaca  surat Al-Fajr sampai pada Ayat ke 27-30,"wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada tuhanmu dengan hati yang Ridho dan di Ridhoi-Nya, maka masuklah ke dalam golongan hambaku dan masuklah ke dalam syurgaku."  Bersamaan dengan itu sahabat Afifah terjatuh Sujud di atas sajadahnya hingga sholat selesai, Afifah mencoba menggerakkan tubuhnya tapi, ternyata sahabatnya telah pergi ke rahmatullah.
            Afifah menangis dan orang yang ada di sekelilingnyapun ikut menangis, hari terakhir yang berakhir kemuliaan, hanya orang-orang yang senantiasa melakukan kebaikan yang dapat mendapat penghargaan itu.
(By..

0 komentar: