Thursday, 24 April 2014

Merekalah Teman Sejatiku, Merekalah teman Hidupku



Waktu mengalir bagaikan air. Hal yang ghoib tak bisa diraba ataupun diduga, entah apalagi yg akan terjadi setelah ini. Kuikuti saja langkah para sang khalifah disini. Kujalani apa yang memang harus kujalani, toh semuanya pasti ada hikmahnya.

Hikmah yang sebelumnya belum terasa jika selalu disikapi dengan pertanyaan kenapa, kenapa, dan kenapa? Ku pekerja, yang mengais seuntai harapan banyak demi masa depan, dan penghidupan di rumah. Tak masalah jika orang bilang “kamu kan mau skripsi, kalau kamu pindah, kan gaji kamu jadi kecil” hal itu memang sudah kuketahui dan kepastian yang menjadi rahasia umum, namun ku tak takut, karena ada Allah bersamaku ialah sang Rozak untuk hamba-Nya yang mau berusaha.


“Allah tidak akan mengubah nasib seorang hamba, hingga ia yang merubahnya sendiri”.

Ya… inilah yang kuyakini, walau fitrahnya seorang manusia pastilah ada ke khawatiran di dalamnya. “tenang bu Allah Maha kaya” ujarku dan terlintas dalam benakku “itu jika aku berusaha”. Seperti sang penulis Ahmad Fuadi bilang : ‘man jadda wa jada’, siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan mendapat.
Saat ini yang kuusahakan pertamakali ialah menata hatiku yang sebenarnya masih galau, seperti terjangan ombak yang menghampiriku, dan terseret ombak lalu pasrah entah mau dibawa kemana diriku ini olehnya. Walau begitu, ku berusaha untuk menghadirkan wajahku dengan tegar dan nrimo. Rasa kekeluargaan yang dulu dibangun akan hilangkah atau tetap seperti dulu? Entahlah, namun ku tetap bersyukur, aku tetap dan masih di sana walau hanya ada dibarisan belakang yang nyaris sama sekali tak tampak.

Perpisahan bukanlah akhir dari segalanya, tapi sebenarnya berpisahpun tidak, Hanya suasananya saja yang berbeda. Dulu, aku berada dalam hangatnya keramaian, suka dan duka. Sekarang tinggallah aku sendiri dalam keheningan siang namun banjir dengan gudang ilmu. Jika aku mau menyapa, berbicara, dan memaknaii isi pembicaraan lewat tulisan yang disusun menjadi buku itu.
Hari demi hari ku jalani di keheningan dengan teman-teman yang menemaniku, dia menempati ruang ini bersamaku walau jumlah mereka masih dalam pengembangan ku, mereka baru berjumlah lima rak, mereka adalah buku. Mereka semua menemaniku ketika semua orang meninggalkanku saat teman-temanku sibuk dengan urusan masing-masing. 

Pertanyaan demi pertanyaan terkadang bermunculan, salah satu temanku dulu menayakan kepadaku “Kok Zahra sekarang jarang saya liat, Zahra dimana?” dengan jawaban yang sok pasti aku bicara “sekarangkan saya sudah di perpustakaan pak, sepi si sendirian, tapi dimanapun saya berada, masing-masing ada kekurangan dan kelebihan.” Dengan nada yang intinya menghiburku  dan agar aku tidak berkecil hati beliau membalas kata-kataku dengan, “Iya malah bagus itu, jadi kalau Zahra disana jadi menambah ilmu, misalnya yang tadinya Zahra cuma ilmunya segini, (beliau menunjukkan bagian seperempat) dan sekarang kalau Zahra disana dan rajin bacanya ilmu pengetahuannya jadi segini (beliau meneunjukkan bagian setengah).” Ya aku mengerti maksudnya dengan aku disini ilmuku akan bertambah, begitu juga dengan wawasan dan pengetahuanku.

Lambat laun, satu minggu lebih telah kujalani dan akhirnya aku tersadar dalam keheningan lalu. Ku terbangun dari terjangan ombak dan berdiri untuk tetap tegar, bahkan menghilangkan kemunafikkan yang dulu sempat hadir dalam diriku. Ya, itulah wajah yang sok tegar dan nrimo, karena saat ini ku benar-benar menerima ini semua. Hikmah yang terkandung di dalamnya telah aku raih sekarang.
Hikmah itulah yang sekarang menggantikan keheningan yang dulu hinggap di benakku. Ya hikmah itu ialah, kata-kata yang pernah Ibu Ayu (Partnerku di Perpustakaan) mengatakan “Zahra jalani saja di perpus, ambil hikmahnya Zahra di mutasi kesini. Kalau Zahra di sini Zahra jadi bisa fokus di skripsi, dulu juga Bu Tari bilang kenapa Zahra tidak jadi ngajar, soalnya, supaya Zahra fokus di perpustakaan dan bisa sambil mengerjakan skripsi”. Ya trimakasih bu, hikmahnya sekarang sudah datang mengetuk pintu hatiku yang dulu terpikirkan sulit untuk ku membukanya, namun sekarang ku sudah bisa membukanya dan dia menemaniku.

Sekarang aku malah asyik dengan diriku sendiri. Ku anteng dengan tempat baruku, disini ku menyendiri, ups maksudnya berdua bahkan beramai-ramai dengan teman-teman baruku yang sangat memberikan wawasan dan pengetahuannya dengan graatiiiss kepadaku, ya sekali lagi mereka adalah buku. Aku bahkan sekarang seperti orang kehausan jika aku tidak membaca buku satu hari saja, kalau aku bisa mengatur waktuku ingin kulahap semua buku-buku yang ada disini, ya tentunya yang menarik menurutku, ada yang fiksi, tentang agama, atau bahkan pengetahuan yang lain, apalagi cinta. Hehe…. Maklum, aku kan baru masuk titik awal kedewasaan bahkan masih dianggap remaja  kalau menurut Monks (^_^) (menurut Hurlock (1981) remaja adalah mereka yang berada pada usia 12-18 tahun. Monks, dkk (2000) memberi batasan usia remaja adalah 12-21 tahun), jadi masa-masa remajaku masih terasa, apalagi ku sering bergaul dengan para remaja tingkat SMP dan SMK.
Hari-hari disini ku nikmati begitu saja, walau perasaan asing terkadang menyapaku, ragaku ada disini, namun fikiranku masih tersangkut disana. Maklumlah ku belum ada sebulan disini, nanti juga akan terbiasa.
***
Hari demi hari berjalan sesuai waktu yang telah Allah tentukan, tak terasa hampir sebulan ku jalani disini. salary  akhirnya turun, dan memang seperti yang sudah diduga, gajiku turun drastis. “Zahra gajimu berapa?” Tanya salah satu temanku. Dengan jawaban yang memang tidak ada masalah dalam diriku ku jawab “sekian bu…”. Mungkin beliau agak sedikit tidak enak mendengar gajiku sekarang dan berusaha untuk menghiburku, “sekarang kalau begitu Zahra harus melebarkan sayap untuk mencari ditempat yang lain juga, jadi tidak disini saja. Jauh banget ya beda salary nya .”
“Ya bu, saya sudah tau itu, dan jelaslah bu kan penghitungan transportnya berbeda.” Ujarku dengan jawaban yang pasti, yakin dan penuh rasa syukur, karena gaji yang kudapat sangat berbanding jauh dengan apa yang kudapat di perpustakaan, yaitu waktu luang yang dapat kumanfaatkan untuk menyusun skripsi, ilmu graatiis melalui buku-buku disini, ya, walaupun pada posisiku yang dulu bisa saja ku berkunjung ke perpustakaan, namun hampir sulit untuk datang melihat kesibukan untuk persiapan UN dan administrasi-administrasi kearsipan yang lain dalam menyusun sekolah yang baru berdiri 3 tahun ini, dan aku bisa lebih dekat dengan siswa/siswi SMP dan SMK, dan banyak lagi hikmah yang dapat ku ambil.
Trimakasih ya Allah, Engkau telah memberikan apa yang aku butuhkan, bukan apa yang aku inginkan (yang sebenarnya ku tidak tau, apakah hal yang ku inginkan itu sebenarnya terbaik untukku atau tidak?) karena hanya Engkau-lah yang mengetahui diriku dibandingkan diriku sendiri dan tolong ingatkan ku untuk selalu bersyukur atas setiap nikmat-Mu Ya Allah.Aamiin.

Pelajaran yang dapat diambil :
1.   Sesuatu yang terjadi pada diri kita akan terasa jika kita bersyukur.
2.   Setiap masalah pasti ada hikmah yang dapat di ambil.
3.   Terus berhusnudzon terhadap Allah maupun pada orang lain, karena kita tidak akan pernah tau apa yang ada di dalam hati seseorang.
4.   Allah memberikan yang terbaik untuk kita, tinggal kitanya saja yang harus menyadari itu semua. (Aulia Fitriyati)

0 komentar: