Tak terasa waktu
telah berganti, semilirnya angin malam
telah menusuk jantung qalbuku, ramadhan yang dulu telah pergi kini akan
tiba menjumpai diriku kembali. Rasanya aku tak tahan lagi untuk segera bertemu
dengan ramadhan tahun ini. ”Ya Allah sampaikanlah kami pada bulan ramadhan
tahun ini”
Begitulah
jiwa seorang mukmin yang senantiasa merindukan tamu agung, tamu yang penuh
maghfirah dan barakah senantiasa ditunggu dengan penuh kegembiraan. Namun dengan
kehidupan kita yang senantiasa bergelut dengan dunia ini, ada yang sebagian mengaku
menjadi hamba Allah dan ada sebagian yang menjadi hamba syetan.
Kalaupun
mengaku menjadi hamba Allah pun kadang kita tidak seratus persen, baru beberapa
persen yang telah kita berikan dan sediakan waktu untuk Allah Ta’ala.
Beribadah tidak khusu’, tilawah qur’an satu minggu atau satu tahun sekali,
menghadiri majelis taklim juga jarang karena lebih terlena dengan kehidupan
dunia yang pada hakikatnya adalah fatamorgana dan sementara saja. Apalagi yang
menjadi hamba syetan, tentu lebih buruk dari itu. Kehidupan mereka tidak lain
hanyalah untuk mencari dunia dan menghamba kepada syetan. Sebagian dari mereka
tahu akan hal ini, namun karena benih kemalasan dan kesombongan singgah dalam
qalbunya, maka ia pun terus tergelincir dalam kemaksiatan dan berangan-angan
bahwa nanti ketika ramadhan telah tiba, ia akan lebih rajin dan khusu’ lagi.
Sungguh mereka telah tertipu dengan gemerlapnya keindahan dunia ini.
Beberapa
hari lagi ramadhan tiba, mungkin dengan hitungan hari atau minggu saja kita
akan sampai pada bulan ramdhan tahun ini. Namun bergelut dengan dunia dan kekejian,
kemaksiatan kadang terus kita lakukan tanpa henti. Di sekolah bersuka ria
dengan lawan jenis tanpa pernah ada teguran dan muhasabah, begitu juga di
kampus perbedaan kecil sering diperbesar sehingga antara satu muslim dengan
muslim lainnya sampai ada yang tidak mau mengucapkan salam dan berjabat tangan
(maksudnya jabat tangan sesama jenis) dengan muslim lainnya. Oleh karena itu,
permusuhan pun terus membesar dan membara dalam jiwa, serta masih banyak
perbuatan yang terus menyelimuti kehidupan kita.
Itulah
sunatullah, kita hidup bermasyarakat, saling berinteraksi dengan orang lain. Akan tetapi, bukan berarti kita terus
mengikuti kemauan umumnya manusia di dunia ini. Mereka melakukan kemaksiatan
lalu kita juga mengikutinya. Melainkan kita harus punya filterisasi dan pedoman
yang kuat berdasarkan sumber hukum Islam yang shohih.
Melihat dari berbagai permasalahan di atas rasanya akan lebih baik jika
kita menilik kepada perbuatan yang telah kita lakukan sekarang ini, menjelang
bulan ramadhan.
Sudahkah kita
mempersiapkan untuk menyambut ramadhan dengan menyucikan jiwa ataukah kita
masih asyik dalam kemaksiatan dan dosa?
Sesungguhnya menyucikan jiwa dapat kita lakukan di antaranya dengan banyak
tilawah qur’an serta mentadaburi maksud isi kandungannya, hadirkan hati pada
waktu membaca serta pada saat memahaminya,
resapi kalimat-kalimat demi kalimat, ayat demi ayat niscaya hati akan menjadi bersih
dan tenang. Lakukanlah pada waktu sore, shubuh atau sepertiga malam setelah qiyamul
lail. Lakukanlah secara terus menerus untuk meningkatkan dan membersihkan jiwa
ini dari berbagai macam penyakit.
Selain itu, muhasabah juga
merupakan salah satu sarana untuk mendekatkan diri kita kepada Allah
lebih-lebih menjelang bulan ramadhan ini. Bagaimana dengan ramadhan tahun lalu
yang telah pergi meninggalkan kita, sudahkah kita isi dengan selalu berbuat
baik agar memperoleh ridho Allah ataukah justeru bermaksiat kepada Allah?
Luangkanlah waktu sejenak untuk memikirkan akan hal itu, hadirkan hati untuk
terus merenunginya. Karena sampai detik ini juga kita masih diberikan nikmat
sehat jasmani rohani, masih diberikan umur panjang yang berarti Allah masih
memberikan waktu kepada kita untuk terus mengabdi kepada-Nya.
Qiyamul lail pun juga
menjadi salah satu sarana agar hati kita menjadi suci. Di tengah keheningan
malam, pada saat manusia terlelap dalam tidurnya. Bangunlah seorang anak
manusia untuk bermunajat kepada Allah, ia mengadu dan menyerahkan kehidupannya
kepada Allah. Tidak jarang dari mereka yang menangis karena merindukan
ramadhan, merindukan husnul khotimah dan jannah–Nya. Ia berdo’a kepada Allah
dengan penuh kerendahan, ia tumpahkan segala beban hidup kepada Allah. Karena
ia yakin bahwa semua permasalahan tentu ada jalan keluarnya.
Di atas adalah beberapa
amalan yang dapat meningkatkan keimanan dan menyucikan qalbu kita. Mari kita
berusaha untuk terus dapat mengamalkannya. Mengingat sebentar lagi ramadhan
tiba, butuh persiapan yang matang bukan hanya sekedar persiapan lahir akan
tetapi persiapan batin juga sangat ditekankan. Wallahu A’lam Bish Showab.(Yudi).
0 komentar:
Post a Comment