Siapakah orang yang selalu ada di saat kita sedih? Siapakah orang yang rela dadanya kita jadikan tempat penumpahan air mata? Siapakah orang yang rela membersihkan kotoran kita di masa kecil kita? Siapakah dia...???. ketahuilah sobat, beliau adalah Sang Bunda. Beliau rela melakukan itu semua demi kita, beliau rela tertatih demi kita, beliau rela menahan lapar demi kita, tidakkah kita sadar dengan hal itu?
Tetapi, di saat kita dewasa, di
saat kita mampu tuk mencari harta, di saat kita mampu mempertinggi tahta, kado
apakah yang telah kita persembahkan untuknya. Sudahkah kita berhasil
mendekatinya tatkala kesedihan melanda hatinya? Sudahkah kita,,, berikan dada ini
sebagai tempat penumpahan air matanya? Dan sudahkah kita, bersihkan kotorannya
di saat ia tak lagi bisa berbuat apa-apa? Sudahkah kita lakukan itu semua? Atau
minimal salah satu darinya.
Realitalah yang dapat menjawab
semuanya. Cobalah kita buka mata kita dengan seksama, tataplah realita apa yang
telah di tunjukan dunia? Berawal dari kisah seorang Malin Kundang, yang di
kutuk oleh ibunya lantaran tak lagi mau tuk mengakui ibu yang telah
melahirkannya lantaran ia telah menjadi seorang yang kaya, hingga kisah seorang
wanita yang dikutuk Allah ta’ala menjadi tikus, lantaran menimpahkan almari
pada punggung ibunya yang sedang mengaji, dan masih banyak lagi “kedurhakaan”
lainnya, yang sangat disayangkan, kenapa tidak ada sebuah relita yang
menunjukan kebaktian seorang anak pada orangtuanya? Kenapa yang ada hanyalah
kedurhakaan? kedurhakaan?? dan kedurhakaan???
Tidakkah
cukup realita itu menjawab semua pertanyaan kita, meski tak semua anak durhaka
tetapi tetaplah banyak yang durhaka di banding yang berbakti pada orang tuanya.
Renungkanlah ayat ini sob....
“Dan
tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia, dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah
seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu maka sekali-kali jangan kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia”(Q.S. Al israa’: 23)
Bayang
pun sob..., kita bilang ‘ah’ aja ga boleh, apalagi sampai ngelakuin yang lebih
dari itu seperti; mencacilah, atau menimpahi dengan almarilah, atau bahkan, wal
iyadzubillah hingga membunuh. Bakal dapet dua siksa tuch, yang pertama waktu di
dunia doi bakal masuk ke dalem buih lantaran
kasus pembunuhan, nah kalo keluar buih ga’ juga tobat, kalo doi ninggal bakal dapet siksa akherat
yang dateng langsung dari Allah ta’ala, and pastine siksanya lebih keras dari
pada siksa dunia.
Coba
geh, kita berfikir sebelum berbuat. Di kala kita ingin mendurhakai sang bunda,
kita ingat perjuangannya untuk kita, ketika kita masih berada di dalam rahimnya
dia selalu setia ngegendong kita, dalam jangka waktu yang begitu lama. Sembilan
bulan!, bayangkan?!, Sembilan bulan kita menggendong dua buah kelapa, dan ga
pernah kita letakan walau
sesaat (kebayang
‘kan capeknya???). Begitulah lelahnya ibu kita, kala kita masih berada
di dalam rahimnya. Belum lagi, ketika
kita hendak di lahirkan, sang bunda yang talah berjuang
keras dalam keadaan yang lemas dan bertambah lemas harus kembali berjuang
untuk mengeluarkan kita dari dalam rahimnya, dengan
perjuangan yang antara hidup dan mati. Ketahuilah sob, tak jarang ibu yang meninggal karna
melahirkan anaknya. Maka tidakkah ia akan merasa begitu kecewa, bila ternyata yang
ia lahirkan ialah seorang yang hanya dapat menyesakkan dada? Fikirkan itu
sobat???.
Sobat
inget ga dengan kisah seorang pemuda Yaman yang sangat berbakti kepada ibunya. Pasti udah pada lupa ya..., ya udah
dech ane ingetin ane ingetin, gini critanya;
Ketika
Rasul towaf, beliau bertemu dengan seorang pemuda Yaman yang pundaknya lecet”,
lalu Rasul bertanya “kenapa pundakmu itu?”, “saya berasal dari Yaman saya
memiliki seorang ibu yang sudah udzur. Saya sangat mencintai dia, dan saya
selalu menggendongnya hingga tak pernah melepasnya. Kecuali ketia ia buang
hajat, istirahat, dan solat”. Jawabnya yakin, lalu ia meneruskan dengan
bertanya “Ya Rasululla, apakah aku sudah termasuk anak yang berbakti kepada
orang tua?”. Nabi lantas memeluknya dan berkata “sungguh Allah ridho kepadamu,
kamu anak yang soleh, dan berbakti. Tetapi anaku, ketahuilah,cinta orang tuamu
tak akan terbalas olehmu”
Look
he for exempel freen..., contoh ia!, segeralah kau langkahkan kakimu menuju
sang bunda, merunduklah di sampingnya, lalu berbisiklah pada telinganya
“maafkan aku bunda...”(Raihannurohman)
0 komentar:
Post a Comment