Tuesday, 15 April 2014

Maafkan Aku Bunda


Siapakah orang yang selalu ada di saat kita sedih? Siapakah orang yang rela dadanya kita jadikan tempat penumpahan air mata? Siapakah orang yang rela membersihkan kotoran kita di masa kecil kita? Siapakah dia...???. ketahuilah sobat, beliau adalah Sang Bunda. Beliau rela melakukan itu semua demi kita, beliau rela tertatih demi kita, beliau rela menahan lapar demi kita, tidakkah kita sadar dengan hal itu?
Tetapi, di saat kita dewasa, di saat kita mampu tuk mencari harta, di saat kita mampu mempertinggi tahta, kado apakah yang telah kita persembahkan untuknya. Sudahkah kita berhasil mendekatinya tatkala kesedihan melanda hatinya? Sudahkah kita,,, berikan dada ini sebagai tempat penumpahan air matanya? Dan sudahkah kita, bersihkan kotorannya di saat ia tak lagi bisa berbuat apa-apa? Sudahkah kita lakukan itu semua? Atau minimal salah satu darinya.

Realitalah yang dapat menjawab semuanya. Cobalah kita buka mata kita dengan seksama, tataplah realita apa yang telah di tunjukan dunia? Berawal dari kisah seorang Malin Kundang, yang di kutuk oleh ibunya lantaran tak lagi mau tuk mengakui ibu yang telah melahirkannya lantaran ia telah menjadi seorang yang kaya, hingga kisah seorang wanita yang dikutuk Allah ta’ala menjadi tikus, lantaran menimpahkan almari pada punggung ibunya yang sedang mengaji, dan masih banyak lagi “kedurhakaan” lainnya, yang sangat disayangkan, kenapa tidak ada sebuah relita yang menunjukan kebaktian seorang anak pada orangtuanya? Kenapa yang ada hanyalah kedurhakaan? kedurhakaan?? dan kedurhakaan??? 
            Tidakkah cukup realita itu menjawab semua pertanyaan kita, meski tak semua anak durhaka tetapi tetaplah banyak yang durhaka di banding yang berbakti pada orang tuanya. Renungkanlah ayat ini sob....
            “Dan tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia, dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu maka sekali-kali jangan kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”(Q.S. Al israa’: 23)
            Bayang pun sob..., kita bilang ‘ah’ aja ga boleh, apalagi sampai ngelakuin yang lebih dari itu seperti; mencacilah, atau menimpahi dengan almarilah, atau bahkan, wal iyadzubillah hingga membunuh. Bakal dapet dua siksa tuch, yang pertama waktu di dunia doi bakal masuk ke dalem buih lantaran  kasus pembunuhan, nah kalo keluar buih ga’ juga tobat,  kalo doi ninggal bakal dapet siksa akherat yang dateng langsung dari Allah ta’ala, and pastine siksanya lebih keras dari pada siksa dunia.
            Coba geh, kita berfikir sebelum berbuat. Di kala kita ingin mendurhakai sang bunda, kita ingat perjuangannya untuk kita, ketika kita masih berada di dalam rahimnya dia selalu setia ngegendong kita, dalam jangka waktu yang begitu lama. Sembilan bulan!, bayangkan?!, Sembilan bulan kita menggendong dua buah kelapa, dan ga pernah kita  letakan walau sesaat (kebayang ‘kan capeknya???). Begitulah lelahnya ibu kita, kala kita masih berada di dalam rahimnya. Belum lagi, ketika kita hendak di lahirkan, sang bunda yang talah berjuang keras dalam keadaan yang lemas dan bertambah lemas harus kembali berjuang untuk mengeluarkan kita dari dalam rahimnya, dengan perjuangan yang antara hidup dan mati. Ketahuilah sob, tak jarang ibu yang meninggal karna melahirkan anaknya. Maka tidakkah ia akan merasa begitu kecewa, bila ternyata yang ia lahirkan ialah seorang yang hanya dapat menyesakkan dada? Fikirkan itu sobat???.
            Sobat inget ga dengan kisah seorang pemuda Yaman yang sangat berbakti kepada  ibunya. Pasti udah pada lupa ya..., ya udah dech ane ingetin ane ingetin, gini critanya;
            Ketika Rasul towaf, beliau bertemu dengan seorang pemuda Yaman yang pundaknya lecet”, lalu Rasul bertanya “kenapa pundakmu itu?”, “saya berasal dari Yaman saya memiliki seorang ibu yang sudah udzur. Saya sangat mencintai dia, dan saya selalu menggendongnya hingga tak pernah melepasnya. Kecuali ketia ia buang hajat, istirahat, dan solat”. Jawabnya yakin, lalu ia meneruskan dengan bertanya “Ya Rasululla, apakah aku sudah termasuk anak yang berbakti kepada orang tua?”. Nabi lantas memeluknya dan berkata “sungguh Allah ridho kepadamu, kamu anak yang soleh, dan berbakti. Tetapi anaku, ketahuilah,cinta orang tuamu tak akan terbalas olehmu”
            Look he for exempel freen..., contoh ia!, segeralah kau langkahkan kakimu menuju sang bunda, merunduklah di sampingnya, lalu berbisiklah pada telinganya “maafkan aku bunda...”(Raihannurohman)

0 komentar: