“Ummi lupa kalau aq sedang puasa….hiks….hiks…”
Pagi itu, tak
seperti biasa bahkan LoOUARR BIyeASuA, langit tampak lebih cerah dan mentari
tampak lebih berbinar, tampil lebih PeDe menyinari sang Bumi. Hari itu adalah hari pertamaku berpuasa. Si Sulung yang
paling tampan (karena adik2nya cwe semua he….) imut dan menggemaskan
(cuit..cuit narsis nie.. ^_^).
Diusia 6 tahun
aq sudah mulai belajar berpuasa, itu semua lahir dari rasa penasaranQ tentang
apa itu puasa. Pertanyaan yang simple yang dijawab simple pula oleh Ummi
tercinta, “Puasa itu gak makan gak minum sampe KentOng maghrib anakku”,
begitulah katanya. Jawaban yang cukup membuatq puas kala itu. (kalau dalam
bahasa Fiqih Puasa : “Menahan dari seluruh yang membatalkan puasa mulai
dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari” : Minhajul Muslim, bab As-Siyam, oleh Abu Bakar Jabir Al Jaza’iry). Pada saat itu pula Aq berAzzam untuk memulai puasa ramadhanQ yang
pertama.
Agak berat emang
terasa. Bagaimana tidak, dimasa anak yang lagi doyan-doyannya jajan sepertiQ (he..ketauan
deh), belajar tidak menyentuh makanan sedikitpun seharian. Ehm.. terbayang
beratnya bukan? Tapi aq tetap bertekad menyelesaikan tantangan hari itu. (saat
itu temen2 seusiaQ di kampung jarang
yang puasa, n malah tuh ada beberapa orang dewasa yang gak mw atau malas puasa
dengan alasan yang nggak syar’i, padahal kan
puasa itu wajib bagi muslim yang baligh, sehat, dan menetap(Lihat: Fiqih Sunnah
Jilid II, Bab As-Siyam, Oleh Sayyid Sabiq)
Sampai godaan itu tiba….
Ketika mendekati
tengah hari Fitri adikq yang cantik (yang bulan juni tahun ini baru ngelahirin
bayi yg cantik pula J), menghampiriQ
kala aq sedang asyik main bersama abang sepupuq di dekat tumpukan pasir, di
sebelah rumah Mbah. Di tangannya tergelantung APEM, kue khas Ramadhan
buatan si Mbah. adikq emang sangat baik, ia menawarkan apem bekas
gigitan nya itu kepadaQ. “Bang mau apem?” katanya seraya membagi apem
itu jadi 2 bagian. Aq di beri bagian yang blum terjamah mulutnya.
Spontan aq
terima pemberiannya itu dan tanpa pikir panjang aq langsung melahap kue
kesukaanQ itu. Ehm…nikmat rasanya apem itu, remah2nya memenuhi mulutq yang
mulai enjoy dengan rasa manis yang dikeluarkannya pada setiap kunyahan kue itu.
Ketika sedang asyik menikmatinya, tiba-tiba….“Her….
Katanya tadi puasa? kok makan kue? Hayo puasanya batal thu…hayo…” kata abang sepupuQ yang dari tadi memperhatikanku.
Gubrak…..langsung
tercengang kaku tubuhq ketika sepotong kalimat itu singgah di daun telingaQ. Aq
baru sadar kalau aq sedang puasa. Hadoh gemana neh… Aq bingung. Yang ada, aq
cuman bisa nangis dan lari ke ummi yang sedang menyapu di teras rumah.
(Ehm…Begitu dekat dengannya aq langsung memeluk kakinya. (ehm…cengeng ya he…)
“Ummi… tadi adik fitri ngasi Apem, Aq langsung makan,
Ummi lupa lw aq lagi puasa… hiksss…hikss.., puasaku batal gak mi?” rengekku.
(betapa manjanya aq he…..)
“cup…cup..cup.. udah jangan nangis sayang, nambah
jelek tuh, gak papa kok puasanya gak batal. Kan lupa…” jawab ummi sambil menyeka
air mataQ. Jawaban lembut yang menenangkanku. Jawaban yang sesuai dengan hadits
Nabi Muhammad Sholallohu ‘alaihi wasallam,.
((مَنْ نَسِيَ
وَهُوَ صَائِمٍ فَاَكَلَ اَوْ شَرِبَ فَلْيَتِمَّ صَوْمَهُ فَاِنَّمَا اَطْعَمَهُ
الله وَسَقَهُ))
“Barangsiapa yang Lupa sedang berpuasa,
kemudian ia makan atau minum, maka sempurnakanlah puasanya, karena Alloh telah
memberikan makan dan minum padanya.” (HR. Muslim : 171 kitab As-Siyam, Imam Ahmad: 2/425,
dan Ad Darimi: 2/13)
“Barangsiapa yang berbuka pada bulan ramadhan karena
lupa, maka tidak wajib qadha (mengganti) baginya dan tidak pula wajib kaffarat
(denda).” (HR. Hakim: 1/430, Ad
Daruquthni dan dia menshahihkannya)
Nah
itu adalah sepotong kisah ramadhan penulis ketika kecil nian he… sebenarnya
masih banyak sih kisah yang ingin dishare. Namun kalo semua di muat disini
kayaknya gak cukup 2 halaman (alnya jatah dari editor cuman 2 halaman, he…peace
Mr. Editor J).
Sobat
fityan, kisah penulis di atas mungkin juga dialami oleh sobat, atau orang di
sekitar sobat. ‘Ala
Kulli hal tentu banyak sekali kasus Fiqh yang terjadi di tengah2 ibadah
shaum ramadhan kita. Yang terkadang membuat kita sampai pada point puasaku batal gak ya? Puasaku dapet pahala gak ya..? Maka dari itu kita perlu memahami fiqh shaum ramadhan itu sendiri. (Abu
Qolam)
0 komentar:
Post a Comment