Aku Budi, dan ibuku,
bu Aisyah, beliau adalah seorang pedagang sayuran di desa kami, sedangkan aku adalah
seorang siswa SMU kelas 3.
Awalnya aku anak
yang baik, rajin, shaleh dan senang bergaul dengan lingkungan sekitarnya, namun
karena sifatku yang suka bergaul dimanfaatkan oleh anak-anak yang nakal untuk
membuatku menjadi anak yang nakal, dan itu pun berhasil.
Di setiap malam aku
pun bermain dengan teman-temanku yang nakal di pinggir jalan sambil
memainkan gitar, tidak lama kemudian datanglah salah satu temannya lagi
dengan membawa sebuah kendaraan motor yang pada saat itu model paling keren, dan
sang teman tadi berkata padaku "Wezt...Bud....Loe punya motor kaya'
punya gue gak......pasti gak punya....secara motor gue mahalll and keren
abis..."' Setelah mendengar perkataan dari temanku pun panas dan aku
berkata, "Ich.....cuma motor kaya' gitu ajja di bangga-banggain...ntar lakut
(liat)ja, gua beli motor kaya' gitu......"
Setelah itu aku pun
pulang ke rumahku, sesampainya di rumah, aku langsung menemui ibu dan berkata “Bu…bu…bu…..aku pengen punya motor kaya punya
temen aku,,,
beliin ya bu…ya…ya…” Ibu pun menjawab,“ iya nak…nanti Ibu belikan….” Dengan hati
gembira, Aku pun merasa senang sekali setelah mendengar akan dibelikan motor oleh
ibuku, Aisyah. Ibuku pun berkata “.tapi dengan satu syarat, agar kamu bisa
mendapatkan motor itu ...“ Aku,“ Apa bu syaratnya...apa bu....pasti aku laksanain...“
Ibu,“ Syaratnya adalah kamu harus bisa lulus ujian dengan nilai minimal
7.50, baru kamu bisa mendapatkan motornya...bagaimana...?“ Saking inginnya aku
memiliki motor itu akupun menyetujui syarat yang dakujukan oleh ibuku….aku langsung
berkata,“ Iya bu..iya…pasti aku tepati…”
Setelah
itu aku masuk ke kamar sambil berfikir ’’Apakah
mungkin…aku bisa lulus ujian dengan nilai minimal 7.50, aku ajja gak pernah
belajar…huft…gimna caranya ya….” Aku pun berfikir agar aku dapat lulus ujian
dengan nilai 7.50, setelah lama aku berfikir, akhirnya aku menyimpulkan bahwa aku
akan mulai berubah untuk menjadi lebih baik.
Yang
tadinya aku setakup malam bermain dengan teman-temannya, sekarang setiap malam aku
lebih memilih belajar agar aku dapat lulus ujian. Hingga tibalah saatnya ujian,
aku pun meminta do’a pada ibuku“
Bu………do’ain aku ya…agar aku bisa lulus ujian….” Ibu “Ya nak…ibu yakin kamu pasti bisa. “
Aku pun mengikuti
ujian dengan penuh keyakinan bahwa aku akan mendapatkan nilai yang sudah
ditargetkan untuk mendapat motor dari ibuku. Tiga minggu setelah ujian, kini
saatnya pengumuman, aku pun berangkat dari rumah untuk melihat pengumuman,
ketika sampai di sekolah hati akupun berdetak kencang tidak karuan, dan tibalah
pembagian amplop yang berisi surat keputusan, ketika aku akan membuka amplop
perasaan aku sangat takut dan berjuta rasa berdebar….saat dibuka lalu tertera
disana nama : AKU, kelas 3, dinyatakan LULUS 100%....Ketika aku membaca aku langsung
berteriak “ Aku lulus…..aku lulus…” Terus-menerus
dan aku langsung pulang ke rumah sambil berlari.
Sampai
di rumah, aku langsung menemui ibuku sambil berkata “Bu...aku lulus..aku lulus...Nilai aku besar-besar....mana motornya
bu’...mana....mana bu’..mana...?“ Ibu menjawab “ Iya nak...iya....sekarang lihat di kamarmu nak....lihat di kamarmu
nak...!“ Aku “Asyik...motor baru...mator baru....!!!“
Sesampainya
di kamar, aku pun mencari motor di dalam kamarku, aku hanya menemukan sebuah
kotak yang dibungkus lapisan warna biru, ketika aku ambil kotak tersebut dan
lalu aku membanting kotak tersebut, dan aku langsung menemui sang ibu, dan aku
berkata “Ibu bohong sama aku, ibu bohong...mana
Bu’..mana...pokoknya aku benci sama ibu...Aku mau pergi dari rumah ini...“ Akupun
meninggalkan ibuku. Mendengar perkataan dari ku, ibu sangat sedih dan aku (ia)
berdo’a kepada Allah “Ya Allah...ada apa
yang terjadi anak hamba Ya Allah...kenapa daku berubah...Ya Allah...lindungi daku(dia)
Ya Allah....“ Ibuku sangat sedih, seiap hari Ibu berharap dan menanti
kepulanganku.
Dua bulan
pun berlalu, selama ku pergi, ibu sakit-sakitan, karena sangat khawatir dengan
keadaanku, di lain waktu aku yang pergi meninggalkan ibu, hidup teruntang-antung
di kota, tidak jelas, bukannya lebih baik tapi nambah buruk, akupun merenung “Huft..dah 2 bulan di kota, belum juga dapet
kerjaan, idup gak jelas, apa yang terjadi ya....apakah ini karena aku tidak diridhoi
oleh Ibu ya....huft...ya sudahlah aku mending pulang ajja, minta maaf sama ibu..“
Akupun memutuskan untuk kembali ke rumah, berjalan setapak demi setapak dengan
berharap aku mendapatkan maaf dari ibu, sampai di desaku melewat satu demi satu
rumah.
Ketika sampai di desa, kira-kira dua rumah dari rumahku, aku
melihat rumah tertutup rapat, halaman yang kotor, tak terurus, aku mendekati
rumah, tidak ada siapa-siapa, lalu datang tetangga di sebelah rumahku,“Assalamua’alikum pak.....“ pemilik
rumah menjawab “Wa’alikumsalam...“ Aku
bertanya pada bapak pemilik rumah tadi “Ehm....pak..saya
mau nanya Ibu saya dimana ya pak, kok rumah saya dikunci dan seperti tidak
terurus...?“ Bapak pun menjawab “ Em..ni
Budi ya..anak bu Aisyah, ya sudah sini masuk dulu..“ Aku “ya saya anak bu aisyah...lalu dimana ibu pak....bagaimana
keadaannya...?“ Bapak “Em..jadi gini
Bud...kamu yang sabar ya..yang ikhlas, sebab dua minggu yang lalu, Ibu kamu
telah dipanggil oleh Allah...“ Akupun sangat sedih dan sangat menyesal, dan
aku berkata “Innalillahi wa inna illahi
rojoiun...ya Allah..ampunilah dosa Ibu ya Allah..ya Allah ampunilah dosaku ya
Allah...selama ini aku menjadi anak yang durhaka...“ Bapak pun menenangkan
hatiku “o iya Bud....sebenarnya, pada saat kamu pergi, Ibumu sering sakit-sakitan...saat
kami mau menghubungimu, kami tidak punya nomor yang bisa kami hubungi, lalu
kami tidak punya alamat dimana kamu tinggal...nah sebelum Ibumu ninggal, beliau
memberikan sebuah wasiat kepada bapak untuk disampaikan kepadamu“ Aku
semakin sedih mendengar penjelasan dari bapak tersebut sambil berkata “apa itu pak....?“ Bapak “ini..Ibumu menitipkan sesuatu kepada
(untuk) kamu, yang katanya ini hadiah disaat kamu lulus ujian, ini kotaknya
yang belum sempat kamu buka “ Ketika aku melihat kotak tersebut, Aku ingat
dengan kotak yang dulu aku banting di kamarnya, lalu kubuka kotak itu pelan-pelan,
ketika aku buka, aku menemukan selembar surat, yang isinya “Untuk anakku yang tercinta...Selamat anakku, kamu telah lulus ujian,
Ibu tepati janji Ibu...“ dan ku melihat isi di bawah surat itu ternyata
isinya adalah sebuah kunci motor dan lengkap dengan surat-suratnya.
Aku pun
semakin sedih dan merenungi apa yang telah kulakukan kepada Ibu. Bapak tadi pun
berusaha menenangi hatiku yang sedang sedih “Ya
sudah....sekarang kamu berdo’a kepada Allah, agar Ibumu masuk ke-syurga...“ Aku
pun sekarang hidup sendiri dan selalu berdo’a kepada Allah agar ibu mendapatkan
posisi yang sangat baik di hadapan Allah. (Budi)
Hikmah :
- Sebagai anak, kita tidak boleh berprasangka buruk pada kedua orangtua.
- Orangtua pasti memberikan yang terbaik untuk anaknya.
- Ingat ridho Allah tergantung dari ridho orangtua, murka Allah tergantung murka orangtua.
0 komentar:
Post a Comment