Wednesday, 26 March 2014

Aku Dan Penyesalanku



Aku Budi, dan ibuku, bu Aisyah, beliau adalah seorang pedagang sayuran di desa kami, sedangkan aku adalah seorang siswa SMU kelas 3.
Awalnya aku anak yang baik, rajin, shaleh dan senang bergaul dengan lingkungan sekitarnya, namun karena sifatku yang suka bergaul dimanfaatkan oleh anak-anak yang nakal untuk membuatku menjadi anak yang nakal, dan itu pun berhasil. 

Di setiap malam aku pun bermain dengan teman-temanku yang nakal di pinggir jalan sambil memainkan  gitar, tidak lama kemudian datanglah salah satu temannya lagi dengan membawa sebuah kendaraan motor yang pada saat itu model paling keren, dan sang teman tadi berkata padaku "Wezt...Bud....Loe punya motor kaya' punya gue gak......pasti gak punya....secara motor gue mahalll and keren abis..."' Setelah mendengar perkataan dari temanku pun panas dan aku berkata, "Ich.....cuma motor kaya' gitu ajja di bangga-banggain...ntar lakut (liat)ja, gua beli motor kaya' gitu......"  

Setelah itu aku pun pulang ke rumahku, sesampainya di rumah, aku langsung menemui ibu dan berkata “Bu…bu…bu…..aku pengen punya motor kaya punya temen aku,,,
beliin ya bu…ya…ya…” Ibu pun menjawab,“ iya nak…nanti Ibu belikan….” Dengan hati gembira, Aku pun merasa senang sekali setelah mendengar akan dibelikan motor oleh ibuku,  Aisyah. Ibuku pun berkata “.tapi dengan satu syarat, agar kamu bisa mendapatkan motor itu ...“ Aku,“ Apa bu syaratnya...apa bu....pasti aku laksanain...“ Ibu,“ Syaratnya adalah kamu harus bisa lulus ujian dengan nilai minimal 7.50, baru kamu bisa mendapatkan motornya...bagaimana...?“ Saking inginnya aku memiliki motor itu akupun menyetujui syarat yang dakujukan oleh ibuku….aku langsung berkata,“ Iya bu..iya…pasti aku tepati…”

Setelah itu aku masuk ke kamar sambil berfikir ’’Apakah mungkin…aku bisa lulus ujian dengan nilai minimal 7.50, aku ajja gak pernah belajar…huft…gimna caranya ya….” Aku pun berfikir agar aku dapat lulus ujian dengan nilai 7.50, setelah lama aku berfikir, akhirnya aku menyimpulkan bahwa aku akan mulai berubah untuk menjadi lebih baik.
Yang tadinya aku setakup malam bermain dengan teman-temannya, sekarang setiap malam aku lebih memilih belajar agar aku dapat lulus ujian. Hingga tibalah saatnya ujian, aku pun meminta do’a pada ibuku“ Bu………do’ain aku ya…agar aku bisa lulus ujian….” Ibu “Ya nak…ibu yakin kamu pasti bisa.

Aku pun mengikuti ujian dengan penuh keyakinan bahwa aku akan mendapatkan nilai yang sudah ditargetkan untuk mendapat motor dari ibuku. Tiga minggu setelah ujian, kini saatnya pengumuman, aku pun berangkat dari rumah untuk melihat pengumuman, ketika sampai di sekolah hati akupun berdetak kencang tidak karuan, dan tibalah pembagian amplop yang berisi surat keputusan, ketika aku akan membuka amplop perasaan aku sangat takut dan berjuta rasa berdebar….saat dibuka lalu tertera disana nama : AKU, kelas 3, dinyatakan LULUS 100%....Ketika aku membaca aku langsung berteriak “ Aku lulus…..aku lulus…” Terus-menerus dan aku langsung pulang ke rumah sambil berlari.

Sampai di rumah, aku langsung menemui ibuku sambil berkata “Bu...aku lulus..aku lulus...Nilai aku besar-besar....mana motornya bu’...mana....mana bu’..mana...?“ Ibu menjawab “ Iya nak...iya....sekarang lihat di kamarmu nak....lihat di kamarmu nak...!“ Aku “Asyik...motor baru...mator baru....!!!“
Sesampainya di kamar, aku pun mencari motor di dalam kamarku, aku hanya menemukan sebuah kotak yang dibungkus lapisan warna biru, ketika aku ambil kotak tersebut dan lalu aku membanting kotak tersebut, dan aku langsung menemui sang ibu, dan aku berkata “Ibu bohong sama aku, ibu bohong...mana Bu’..mana...pokoknya aku benci sama ibu...Aku mau pergi dari rumah ini...“ Akupun meninggalkan ibuku. Mendengar perkataan dari ku, ibu sangat sedih dan aku (ia) berdo’a kepada Allah “Ya Allah...ada apa yang terjadi anak hamba Ya Allah...kenapa daku berubah...Ya Allah...lindungi daku(dia) Ya Allah....“ Ibuku sangat sedih, seiap hari Ibu berharap dan menanti kepulanganku. 

Dua bulan pun berlalu, selama ku pergi, ibu sakit-sakitan, karena sangat khawatir dengan keadaanku, di lain waktu aku yang pergi meninggalkan ibu, hidup teruntang-antung di kota, tidak jelas, bukannya lebih baik tapi nambah buruk, akupun merenung “Huft..dah 2 bulan di kota, belum juga dapet kerjaan, idup gak jelas, apa yang terjadi ya....apakah ini karena aku tidak diridhoi oleh Ibu ya....huft...ya sudahlah aku mending pulang ajja, minta maaf sama ibu..“ Akupun memutuskan untuk kembali ke rumah, berjalan setapak demi setapak dengan berharap aku mendapatkan maaf dari ibu, sampai di desaku melewat satu demi satu rumah.

            Ketika sampai di desa, kira-kira dua rumah dari rumahku, aku melihat rumah tertutup rapat, halaman yang kotor, tak terurus, aku mendekati rumah, tidak ada siapa-siapa, lalu datang tetangga di sebelah rumahku,“Assalamua’alikum pak.....“ pemilik rumah menjawab “Wa’alikumsalam...“ Aku bertanya pada bapak pemilik rumah tadi “Ehm....pak..saya mau nanya Ibu saya dimana ya pak, kok rumah saya dikunci dan seperti tidak terurus...?“ Bapak pun menjawab “ Em..ni Budi ya..anak bu Aisyah, ya sudah sini masuk dulu..“ Aku “ya saya anak bu aisyah...lalu dimana ibu pak....bagaimana keadaannya...?“ Bapak “Em..jadi gini Bud...kamu yang sabar ya..yang ikhlas, sebab dua minggu yang lalu, Ibu kamu telah dipanggil oleh Allah...“ Akupun sangat sedih dan sangat menyesal, dan aku berkata “Innalillahi wa inna illahi rojoiun...ya Allah..ampunilah dosa Ibu ya Allah..ya Allah ampunilah dosaku ya Allah...selama ini aku menjadi anak yang durhaka...“ Bapak pun menenangkan hatiku  o iya Bud....sebenarnya, pada saat kamu pergi, Ibumu sering sakit-sakitan...saat kami mau menghubungimu, kami tidak punya nomor yang bisa kami hubungi, lalu kami tidak punya alamat dimana kamu tinggal...nah sebelum Ibumu ninggal, beliau memberikan sebuah wasiat kepada bapak untuk disampaikan kepadamu“ Aku semakin sedih mendengar penjelasan dari bapak tersebut sambil berkata “apa itu pak....?“ Bapak “ini..Ibumu menitipkan sesuatu kepada (untuk) kamu, yang katanya ini hadiah disaat kamu lulus ujian, ini kotaknya yang belum sempat kamu buka “ Ketika aku melihat kotak tersebut, Aku ingat dengan kotak yang dulu aku banting di kamarnya, lalu kubuka kotak itu pelan-pelan, ketika aku buka, aku menemukan selembar surat, yang isinya “Untuk anakku yang tercinta...Selamat anakku, kamu telah lulus ujian, Ibu tepati janji Ibu...“ dan ku melihat isi di bawah surat itu ternyata isinya adalah sebuah kunci motor dan lengkap dengan surat-suratnya. 

Aku pun semakin sedih dan merenungi apa yang telah kulakukan kepada Ibu. Bapak tadi pun berusaha menenangi hatiku yang sedang sedih “Ya sudah....sekarang kamu berdo’a kepada Allah, agar Ibumu masuk ke-syurga...“ Aku pun sekarang hidup sendiri dan selalu berdo’a kepada Allah agar ibu mendapatkan posisi yang sangat baik di hadapan Allah. (Budi)

            Hikmah :
  1. Sebagai anak, kita tidak boleh berprasangka buruk pada kedua orangtua.
  2. Orangtua pasti memberikan yang terbaik untuk anaknya.
  3. Ingat ridho Allah tergantung dari ridho orangtua, murka Allah tergantung murka orangtua.

0 komentar: