Dalam sejarahnya, manusia telah mampu melakukan hal-hal besar dengan TEKAD. Keberhasilan dan kegagalan adalah fenomena dari TEKAD
Hanya kekuatan TEKAD yang mengantarkan seseorang kepada kesuksesan atau kegagalan…..
Sobat,
serius amat ngeliat tulisan di atas!? Santai aja lagi, yang penting sobat
pembaca semua pada nyambung dengan apa yang disajikan alfityan di rubrik kali
ini…keep fokus, OK!
RUBAHLAH DIRI DAN BANSA…saat membaca
istilah ini bawaannya terasa berat, seperti membawa beban yang beratnya kiloan,
biasanya yang tergambar adalah sesosok pemuda yang berdiri dengan gagah, pinter cari duit, bebas ‘kiriman’ orang tua, lalu
gede-nya nanti jadi pemimpin bangsa! Wah generasi idaman tuh…
Cuman, kalo dihadapkan kepada
kehidupan remaja sekarang, rasanya kok, jauuuuh...gitu!
Betapa nggak, bayangin
aja, jangankan jadi pemimpin bangsa, di kehidupan yang sulit cari duit susahnya
amit-amit, ampe-ampe ada sebuah ‘filsafat’ dari orang seberang, “cari yang
haram aja susah, apalagi yang halal”. Entah siapa yang pertama kali membuat
ungkapan ini, tapi laku banget di pasaran, entah pasar preman’atawa pasar
anak jalanan.
Duh…jauh nian dengan kondisi ketika
dahulu saat umat Islam jaya, saat tampuk kekuasaan dipegang oleh para
khulafa’ur rasyidin, para shahabat Rosululloh yang mulia. Betapa keadilan dan
kesejahteraan merata dari segala penjuru, hidup makmur, tiada, kedzaliman, tiada
penindasan, tiada kelaparan. Tidak hanya umat Islam, orang-orang kafirpun turut
merasakan keadilan di bawah naungan Islam. Pernah suatu ketika Umar melewati
suatu kaum, di sana terdapat seorang pengemis yang meminta-minta. Pengemis itu
ternyata seorang tua yang buta. Umar bertanya, “Anda dari Ahli Kitab mana?”
Pengemis itu menjawab, “Yahudi.” “Apa yang bisa saya bantu untuk Anda?” Tanya
Umar. “Saya minta bagian harta jizyah (pajak non-muslim) dan kebutuhan untuk
usia lanjut.” Jawab pengemis.
Selanjutnya Umar memegang tangan
pengemis Yahudi itu dan menuntun ia menuju rumahnya. Umar memberikan apa yang
ada di rumahnya untuk si pengemis. Kemudian beliau menyerahkan pengemis itu
kepada penjaga Baitul Mal (Bendahara Negara). “Coba kamu lihat kakek ini,
kasihan sekali. Demi Alloh, kita belum berbuat adil kepadanya, kita tidak
mempekerjakannya sewaktu muda, namun ketika sudah tua, kita malah menelantarkannya.
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang
miskin….”(QS. At Taubah: 10)
Itulah jika syariat Islam
ditegakkan, dijamin nggak ada lagi yang suka ‘minta-minta’ di bis kota atau di
pinggir jalan. Tidak ada yang terlantar, termasuk kite-kite nih yang pusing
menempuh pendidikan tinggi-tinggi, entah ilmu apa yang masuk ke kepala kita,
seng penting bisa wisuda, dapet gelar sampai S3, akhirnya enak cari kerja. Bener
nggak tuh??? Kalo S-teler aja sih enak, murah di dapat, segerrr…pula, ya gak?!
Tapi kalo ngeliat kenyataan ‘orang bertitel’ yang ada, GLEKK….tak tahan lagi ngebayanginnya.
Lihat
“ke bawah” hati kita jadi miris ternyata banyak sodara-sodara kita yang
kelaparan, hidup di bawah garis kemiskinan, ampe-ampe orang yang bertitelpun
banyak yang jadi pengangguran. Tapi begitu ngeliat “ke atas”, eh…para pejabat negara
malah enak-enakan memeras uang rakyat untuk kepentingan diri dan kelompok mereka.
Terlalu…
Bener lo, banyak kok di antara
temen-temen kita yang pada nggak tahan idup yang ‘lurus-lurus’ dan menganggapnya
itu adalah prinsip hidup yang nggak laku untuk zaman sekarang, lalu senang
dengan hidup yang ‘bengkok-bengkok’. Aneh memang sobat, tapi itulah
kenyataannya.
Jadilah
Generasi Mandiri
Sobat fityan, dahsyatnya kehidupan
globalisasi saat ini seharusnya bisa menjadi seorang muslim yang mampu
mempunyai kesabaran seperti kepompong. Betapa sabarnya kepompong ketika masih
menjadi ulat yang menjijikan dan dibenci manusia, namun begitu dia tetap sabar
dan menjalani kehidupannya hingga menjadi kepompong dan bersabar tuk berada
dalam situasi yang sangat menuntut hati yang tenang dan selalu memotivasi
dirinya tuk terus bersabar hingga dia jadi kupu-kupu yang cantik dan indah.
Sesulit apapun kehidupan yang kita
jalani, seberat apapun yang kita rasakan mengarungi kehidupan, jangan sampai
membuat kita tidak memiliki jiwa sabar, apalagi malah pasrah mengikuti ‘gaya
kebanyakan’ yang ternyata berakhir dengan penyesalan yang sangat dalam. Justeru
yang kita lakukan adalah mencari solusinya. SETUJU? Jika setuju, yuk rubah diri
kita…
Dengan
TEKAD, Kamu Bisa Berubah
Inilah yang menjelaskan semua
rahasia di balik keajaiban yang sering kita saksikan dalam kehidupan nyata.
Pernahkah sobat menyaksikan bagaimana orang buta menjadi ulama? Atau bagaimana
seseorang yang lumpuh dapat sembuh dan berjalan normal kembali? Bahkan,
penelitian-penelitian mutakhir dalam bidang kedokteran menunjukkan lebih dari
50 % sebab kesembuhan sesungguhnya bersumber dari TEKAD yang kuat untuk sembuh.
Tentang hebatnya sebuah TEKAD, fityan
ada sedikit cerita, adalah Khalid bin Walid pernah dengan memakan racun untuk
sekedar menunjukkan kepada musuh yang berniat membunuhnya dengan racun.
Ternyata tekadnya untuk menang melawan racun tersebut tidak terkalahkan. Jika
racun saja tidak dapat membunuhnya, maka apalagi musuh-musuhnya. Setelah
kejadian itu, musuh-musuhnya menyerah tanpa peperangan.
Keajaiban-keajaiban
itu selalu dapat dijelaskan dengan baik oleh kekuatan TEKAD. Karena itulah kita
bisa mengatakan bahwa sesuatu yang dianggap sebagai penghalang terbesar kita sebenarnya
bukan menjadi suatu penghambat yang berarti bagi kita jika jiwa tekad telah kita
miliki.
TEKAD! Ya, dengan tekadlah kita
menggapai apa yang kita inginkan. Sobat, lihatlah tangan kita, dengan segala
kesempurnaannya, tidak akan mampu memegang segelas air jika tidak ada TEKAD
yang mendukungnya. Seseorang yang tampak sehat, tidak akan mampu untuk berdiri
apabila tidak ada TEKAD. Bukan kekuatan tubuh dan keluasan pikiran seseorang
bisa bergerak, tekadlah yang menyokong tubuh sehingga membuatnya bergerak.
Karena itu, dalam realita, burung-burung tidak terbang dengan sayap-sayapnya,
mereka terbang dengan kekuatan tekadnya, ikan-ikan tidak berenang dengan
badannya, mereka berenang dengan kehendak dan tekadnya. Dan ketika manusia
mempunyai kehendak untuk berenang, ternyata diapun bisa berenang bagai seekor
ikan.
IQ
Pas-pasan, Nggak jadi Persoalan!
Mungkin
kita masih ingat temen-temen sekolah kita dulu yang memiliki IQ biasa-biasa
saja, tetapi sekarang mereka menjadi orang sukses dalam pekerjaan dan
kariernya. Yang memiliki IQ biasa saja ternyata luwes dalam bergaul, penolong
sesama, setia kawan, bertanggungjawab dan ramah. Namun, yang ber-IQ tinggi
cenderung kurang pandai bergaul, tidak berperasaan dan egois.
Kuncinya, keberhasilan seseorang
menjalani kehidupan dengan baik jika ia telah mendapatkan, memanfaatkan, dan
mengeksplorasikan potensi yang ia miliki semaksimal mungkin. Sudah terbukti
lebih dari seribu kali bahwa tak ada satu orangpun di dunia ini yang dapat
menjadi musuh terburuk mereka daripada diri mereka sendiri, karena dalam tiap
kegagalan, seseorang sering melihat dirinya sebagai manusia yang tidak memiliki
kemampuan, padahal seseorang tidak mungkin akan menuai kesuksesan jika tidak
melalui suatu kegagalan terlebih dahulu, melakukan evaluasi dan mencari solusi
terbaik.
Orang besar selalu memiliki semangat
yang tak terkekang yang dibawa dari lahir. Mereka berani melangkah maju sebagai
perintis. Mereka selalu yakin bahwa apa-apa yang akan terjadi di masa yang akan
datang itu tidak pasti atau tidak bisa diketahui, dan karenanya penuh dengan
ketidakpastian yang amat besar. Namun, akhirya mampu megendalikan masa depan
mereka.
Begitulah seharusnya seorang muslim
menjalani kehidupannya, apalagi yang ia jalani adalah semata-mata mencari Ridho
dari Allah. Sebagai seorang muslim tentu kita yakin bahwa Alloh akan selalu
menolong kita jika kita menjalani hidup ini sesuai aturan-Nya. Yang kita
lakukan adalah menyempurnakan ikhtiar dan selalu bertawakkal. Yakinlah, jika
semua itu kita jalani, Alloh akan memberikan jalan keluar dari kesulitan hidup
yang kita hadapi.
Sobat, gimana? Sudah ketemu
kuncinya? Jadi tunggu apa lagi, mulai sekarang, siapkan dirimu untuk dapat
merubah diri dan bangsamu. Wallahu A’lam Bish Showab. (Ababil)
0 komentar:
Post a Comment