Wednesday, 26 March 2014

Amar Bin Yasir "Seorang Tokoh Penghuni Surga"



Pada suatu hari ketika Rasulullah mengunjungi mereka, 'Ammar memanggilnya, katanya:
"Wahai Rasulullah, adzab yang kami derita telah sampai ke puncak".
Maka seru Rasulullah Sholallohu ‘alaihi wasallam:
"Sabarlah, wahai Abal Yaqdhan ....
"Sabarlah, wahai keluarga Yasir ....
"Tempat yang dijanjikan bagi kalian ialah Surga ... .!"

            Siksaan yang dialami oleh 'Ammar dilukiskan oleh kawan-kawannya  dalam  beberapa  riwayat.  Berkata  'Amar  bin Hakam:'Ammar itu disiksa sampai-sampai ia tak menyadari apa yang diucapkannya" Berkata pula 'Ammar bin Maimun: "Orang-rang musyrik membakar 'Ammar bin Yasir dengan api. Maka Rasulullah saw. lewat di tempatnya lain memegang kepalanya dengan tangan beliau, sambil bersabda: "Hai api, jadilah kamu sejuk dingin di tubuh 'Ammar, sebagaimana dulu hamu juga sejuk dingin di tubuh Ibrahim...!" 


            Bagaimanapun juga, semua bencana itu tidaklah dapat menekan jiwa 'Ammar, walau telah menekan punggung dan menguras tenaganya. Ia baru merasa dirinya benar-benar celaka, ketika pada suatu hari tukang-tukang cambuk dan para penderanya menghabiskan segala daya upaya dalam melampiaskan kedhaliman dan kekejamannya, semenjak hukuman bakar dengan besi panas, sampai disalib di atas pasir panas dengan ditindih batu laksana bara merah, bahkan sampai ditenggelamkan ke dalam air hingga sesak nafasnya dan mengelupas kulitnya yang penuh dengan luka. 

            Pada hari itu, ketika ia telah tak sadarkan diri lagi karena siksaan yang demikian berat, orang-orang itu mengatakan kepadanya: "Pujalah olehmu tuhan-tuhan kami!", lain diajarkan mereka kepadanya kata-kata pujaan itu, sementara ia mengikutinya tanpa menyadari apa yang diucapkannya.
            Ketika ia siuman sebentar akibat dihentikannya siksaan, tiba-tiba ia sadar akan apa yang telah diucapkannya, maka hilanglah akalnya dan terbayanglah di ruang matanya betapa besar kesalahan yang telah dilakukannya, suatu dosa besar yang tak dapat ditebus dan diampuni lagi,hingga beberapa saat dirasakannya siksaan orang-orang musyrik terhadap dirinya sebagai obat pembalur luka dan suatu keni'matan juga ....! 

Dan seandainya ia dibiarkan dalam perasaan itu agak beberapa jam saja, tak dapat tiada tentulah akan membawa ajalnya ...
            'Ammar dapat bertahan menanggungkan semua siksa yang ditimpakan atas tubuhnya, ialah karena jiwanya sedang berada pada kondisi puncak. Tetapi sekarang ini, demi disangkanya jiwanya telah menyerah kalah, maka dukacita dan sesal kecewa hampir saja menghabiskan tenaga dan melenyapkan nyawanya .... 

            Tetapi iradat Allah Yang Maha Agung lagi Maha Tinggi telah memutuskan agar peristiwa yang mengharukan itu mencapai titik kesudahan yang amat luhur. Dan tangan wahyu yang penuh berkah itu pun terulurlah menjabat tangan 'Ammar, sambil menyampaikan ucapan selamat kepadanya: "Bangunlah hai pahlawan! Tak ada sesalan atasmu dan tak ada cacat"
            Ketika Rasulullah menemui shahabatnya itu didapatinya ia sedang menangis, maka disapunyalah tangisnya itu dengan tangan beliau seraya sabdanya:

"Orang-orang kafir itu telah menyiksamu dan menenggelamkanmu ke dalam air sampai kamu mengucapkan begini dan begitu …?"
"Benar wahai RasuIullah': ujar 'Ammar sambil meratap.
Maka Rasulullah bersabda sambil tersenyum: "Jika mereka memaksamu lagi, tidak apa, ucapkanlah seperti apa yang kamu katakan tadi ....!"

            Lalu dibacakan Rasulullah kepadanya ayat mulia berikut ini:”..Kecuali orang yang dipaksa, sedang hatinya tetap teguh dalam keimanan ...(Q.S. 16 an-Nahl: 106)

            Kembalilah 'Ammar diliputi oleh ketenangan dan dera yang menimpa tubuhnya: bertubi-tubi tidak terasa sakit lagi, dan apa juga yang akan terjadi, terjadilah dan ia tidak akan peduli. Jiwanya berbahagia,  keimanannya di pihak yang menang! Ucapannya yang dikeluarkan secara terpaksa itu dijamin bebas oleh al-Quran, maka apa lagi yang akan dirisaukannya?
'           Ammar menghadapi cobaan dan siksaan itu dengan ketabahan luar biasa, hingga pendera-penderanya merasa lelah dan menjadi lemah, dan bertekuk lutut di hadapan tembok keimanan yang maha kukuh ....!
            Setelah pindahnya Rasulullah ke Medinah, Kaum Muslimin tinggal bersama beliau bermukim di sana, secepatnya masyarakat Islam terbentuk dan menyempurnakan barisannya.
            Maka di tengah-tengah masyarakat Islam yang beriman ini 'Ammar pun mendapatkan kedudukan yang tinggi. Rasulullah saw. amat sayang kepadanya, dan beliau sering membanggakan keimanan dan ketaqwaan 'Ammar kepada para shahabat.

0 komentar: