Pada suatu hari ketika Rasulullah
mengunjungi mereka, 'Ammar memanggilnya, katanya:
"Wahai Rasulullah, adzab yang kami
derita telah sampai ke puncak".
Maka seru Rasulullah Sholallohu
‘alaihi wasallam:
"Sabarlah, wahai Abal Yaqdhan ....
"Sabarlah, wahai keluarga Yasir ....
"Tempat yang dijanjikan bagi kalian
ialah Surga ... .!"
Siksaan
yang dialami oleh 'Ammar dilukiskan oleh
kawan-kawannya dalam beberapa riwayat.
Berkata 'Amar bin Hakam:'Ammar itu disiksa
sampai-sampai ia tak menyadari apa yang diucapkannya"
Berkata pula 'Ammar bin Maimun: "Orang-rang
musyrik membakar 'Ammar bin Yasir dengan
api. Maka Rasulullah saw. lewat di tempatnya
lain memegang kepalanya dengan tangan beliau,
sambil bersabda: "Hai api, jadilah kamu sejuk dingin di
tubuh 'Ammar, sebagaimana dulu hamu juga sejuk dingin di tubuh Ibrahim...!"
Bagaimanapun
juga, semua bencana itu tidaklah dapat
menekan jiwa 'Ammar, walau telah menekan
punggung dan menguras tenaganya. Ia baru merasa
dirinya benar-benar celaka, ketika pada suatu
hari tukang-tukang cambuk dan para penderanya
menghabiskan segala daya upaya dalam melampiaskan
kedhaliman dan kekejamannya, semenjak hukuman bakar
dengan besi panas, sampai disalib di atas
pasir panas dengan ditindih batu laksana bara
merah, bahkan sampai ditenggelamkan ke dalam
air hingga sesak nafasnya dan mengelupas
kulitnya yang penuh dengan luka.
Pada hari
itu, ketika ia telah tak sadarkan diri
lagi karena siksaan yang demikian berat, orang-orang
itu mengatakan kepadanya: "Pujalah olehmu
tuhan-tuhan kami!", lain diajarkan mereka kepadanya
kata-kata pujaan itu, sementara ia mengikutinya
tanpa menyadari apa yang diucapkannya.
Ketika ia
siuman sebentar akibat dihentikannya siksaan,
tiba-tiba ia sadar akan apa yang telah
diucapkannya, maka hilanglah akalnya dan terbayanglah
di ruang matanya betapa besar kesalahan yang
telah dilakukannya, suatu dosa besar yang
tak dapat ditebus dan diampuni lagi,hingga
beberapa saat dirasakannya siksaan orang-orang musyrik
terhadap dirinya sebagai obat pembalur luka dan
suatu keni'matan juga ....!
Dan seandainya ia dibiarkan dalam
perasaan itu agak beberapa jam saja, tak dapat tiada
tentulah akan membawa ajalnya ...
'Ammar
dapat bertahan menanggungkan semua siksa yang ditimpakan atas tubuhnya, ialah
karena jiwanya sedang berada pada kondisi puncak. Tetapi sekarang ini, demi
disangkanya jiwanya telah menyerah kalah, maka dukacita dan sesal kecewa hampir
saja menghabiskan tenaga dan melenyapkan nyawanya ....
Tetapi
iradat Allah Yang Maha Agung lagi Maha Tinggi telah memutuskan agar peristiwa
yang mengharukan itu mencapai titik kesudahan yang amat luhur. Dan tangan wahyu
yang penuh berkah itu pun terulurlah menjabat tangan 'Ammar, sambil
menyampaikan ucapan selamat kepadanya: "Bangunlah hai pahlawan! Tak ada
sesalan atasmu dan tak ada cacat"
Ketika
Rasulullah menemui shahabatnya itu didapatinya ia sedang menangis, maka
disapunyalah tangisnya itu dengan tangan beliau seraya sabdanya:
"Orang-orang kafir itu telah menyiksamu dan
menenggelamkanmu ke dalam air sampai kamu mengucapkan begini dan begitu
…?"
"Benar wahai RasuIullah': ujar 'Ammar sambil meratap.
Maka Rasulullah bersabda sambil tersenyum: "Jika
mereka memaksamu lagi, tidak apa, ucapkanlah seperti apa yang kamu katakan tadi
....!"
Lalu
dibacakan Rasulullah kepadanya ayat mulia berikut ini:”..Kecuali orang yang
dipaksa, sedang hatinya tetap teguh dalam keimanan ...(Q.S. 16 an-Nahl: 106)
Kembalilah
'Ammar diliputi oleh ketenangan dan dera yang menimpa tubuhnya: bertubi-tubi
tidak terasa sakit lagi, dan apa juga yang akan terjadi, terjadilah dan ia
tidak akan peduli. Jiwanya berbahagia, keimanannya di pihak yang menang!
Ucapannya yang dikeluarkan secara terpaksa itu dijamin bebas oleh al-Quran, maka
apa lagi yang akan dirisaukannya?
' Ammar
menghadapi cobaan dan siksaan itu dengan ketabahan luar biasa, hingga
pendera-penderanya merasa lelah dan menjadi lemah, dan bertekuk lutut di
hadapan tembok keimanan yang maha kukuh ....!
Setelah
pindahnya Rasulullah ke Medinah, Kaum Muslimin tinggal bersama beliau bermukim
di sana,
secepatnya masyarakat Islam terbentuk dan menyempurnakan barisannya.
Maka di
tengah-tengah masyarakat Islam yang beriman ini 'Ammar pun mendapatkan
kedudukan yang tinggi. Rasulullah saw. amat sayang kepadanya, dan beliau sering membanggakan
keimanan dan ketaqwaan 'Ammar kepada para shahabat.
0 komentar:
Post a Comment