Monday, 24 March 2014

Kisah Taubatnya Seorang Pemuda



Seorang pemuda tengah berdiri di tepi jalan bersama seorang wanita muda. Dalam keadaan demikian datanglah seseorang menasehatinya, maka segera berlalulah wanita muda itu. Orang yang menasehati itu mengingatkan pemuda tentang kematian, kedatangannya yang tiba-tiba di hari Kiamat serta kedahsyatannya. Maka tiba-tiba dia menangis. 


Dai itu bercerita: Maka tatkala aku telah selesai berbicara dengannya, aku meminta nomor telponnya dan aku berikan nomor telponku kemudian kami berpisah.

            Setelah dua pekan lalu, aku membuka buku telponku dan mendapati nomornya. Maka segera kuhubungi ia di pagi hari. Aku memberi salam dan bertanya kepadanya, “Wahai fulan, apakah engkau masih mengenalku?” Dia menjawab, “Bagaimana aku tidak mengenal suara orang yang menjadi sebab datangnya hidayah bagiku…?
            Maka aku katakan ,”Segala puji bagi Allah, bagaimana keadaanmu?”

            Dia menjawab, “Semenjak kejadian itu, saya dalam keadaan baik dan bahagia. Saya shalat dan berdzikir kepada Allah Ta’ala.
Aku berkata, “Wajib bagiku untuk mengunjungimu hari ini, aku akan datang setelah Ashar.” Dia menjawab, “Hayyakalloh!”

            Ketika tiba waktu janji itu, datanglah beberapa tamu kepadaku, sehingga aku harus mengakhirkan janji itu sampai malam. Tapi aku katakan pada diriku, “Aku harus mengunjunginya…!”

            Aku mengetuk pintu. Keluarlah seseorang yang sudah tua, maka aku bertanya, “Dimanakah fulan?” Dia balik bertanya, “Siapakah yang engkau cari?” Aku menjawab,”Fulan…”

            Dia menjawab lagi, “Siapa?!” Aku jawab, “Fulan”
            Dia berkata, “Engkau terlambat. Kami telah menguburnya di pekuburan.”
            Aku katakan, “Tidak mungkin. Aku berbincang-bincang dengannya tadi pagi.”
            Dia bercerita, “Dia shalat zhuhur kemudian tidur dan mengatakan, “Tolong bangunkan aku untuk shalat Ashar…!” Maka kami datang untuk membangunkannya. Ternyata ruhnya telah diambil oleh Penciptanya”
            Maka aku pun menangis.
           
Dia bertanya, “Siapakah Anda?” Aku menjawab, “Aku berkenalan dengan anak muda 2 pekan yang lalu.”
            Dia berkata, “Andalah orang yang berbicara dengannya (menasehatinya). Izinkan aku mencium kepala orang yang telah menyelamatkan anakku dari neraka (Insya Allah)…”
            Maka dia mencium kepalaku.
(Sumber: Kitab At-Ta’ibun, Nabil al-‘Audhi)

0 komentar: