Tuesday, 25 March 2014

Jadilah Muslim Mandiri



Sebagai manusia memang tidak dapat diingkari bahwa kita membutuhkan orang lain dan akan selalu berinteraksi dengan orang lain. Sehingga tidak munafik ketika sebagian orang sampai mengatakan kita tidak akan bisa hidup tanpa bantuan orang lain. 

Meskipun demikian, bukan berarti keberadaan kita harus selalu bergantung kepada orang lain melulu. Sedikit-sedikit mengeluh, butuh bantuan orang lain. Justru ketika seseorang menggantungkan dirinya untuk selalu mendapatkan bantuan orang lain maka
secara perlahan keyakinan dalam jiwanya akan semakin rapuh, melemah dan hancur. Tinggal puing-puing derita berupa harapan yang kosong. Sehingga dalam hidupnya selalu ada prinsip ‘kita butuh orang lain’. Ia tidak pernah mau menggali dan mempunyai pemikiran kembali untuk tidak selalu berharap kepada orang lain.

            Dan juga sudah menjadi sunatullah kehidupan. Banyak orang yang mengatakan kehidupan ini ibarat roda yang terus berputar. Kadang berada di atas kadang pula berada di bawah. Begitupun juga dengan manusia kadang berada di atas (jaya, sukses, sok kuasa) kadang pula berada di bawah (miskin, tertindas). Namun di lain waktu, kadang ia juga harus mendapatkan apa yang tidak diinginkan sesuai dengan kehendak hati. Hingga rasanya ingin sekali ia berteriak meminta tolong kepada orang-orang yang ada di sekitar agar melihat penderitaannya tersebut dan mau memberikan pertolongan kepadanya. Akan tetapi, karena ia yakin bahwa jiwa seorang muslim adalah mandiri, maka iapun akan berusaha sekuat tenaga untuk mencari solusi terbaik terhadap masalah yang sedang dihadapinya, kemudian berdo’a dan bertawakal kepada Allah ta’ala. Hasilnya pun ia serahkan pada Allah seraya ia selalu mengingat firman-Nya: 


Maka sesungguhnya di dalam kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya di dalam kesulitan itu ada kemudahan” (QS. Al Insyirah : 5-6)

Maka sudah selayaknya jika kita mengaku sebagai seorang muslim, jiwa kita pun tidak penuh dan selalu mengharap bantuan orang lain apalagi meminta-minta. Tapi sayang masih banyak saudara kita yang pekerjaannya selalu menggantungkan hidup pada orang lain atau minta-minta, tidak mau berusaha mandiri dengan pekerjaan yang lebih mulia. Bukankah tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah? Bukankah masih banyak pekerjaan yang halal dan lebih mulia dibandingkan dengan meminta-minta? Kuncinya hanya satu, yakni keyakinan dalam jiwa untuk terus berusaha mandiri. 

Berjiwa mandiri tentu tidaklah sama dengan sombong dan narsis. Karena berjiwa mandiri berarti ia mempunyai keyakinan yang kuat (optimis) untuk terus melaju meraih mimpi dan cita-citanya. Dengan kata lain ia berjiwa PD (bukan peteng ndedet sobat tapi percaya diri), ia yakin pada kemampuan diri sendiri. Ia memiliki internal locus of control. Ia hanya mengharap pertolongan Allah, namun ketika seseorang ingin membantunya, ia pun mempersilahkan, karena hal itu sebagai bentuk ukhuwah Islamiyah dan tolong-menolong dalam berbuat kebaikan (asalkan sesuai syariat Islam) namun bukan berarti selalu mengharap bantuan orang lain. Sedang jiwa sombong dan narsis adalah melakukan sesuatu pekerjaan di luar dari batas kemampuan atau terlalu berlebihan (over acting). Ia niatkan bukan mengharap ridho Allah, melainkan ingin mendapat pujian, menganggap orang lain lebih rendah, bodoh, dll. 

Sahabatku, mari mulai menit ini juga kita optimalkan tubuh seratus persen bersimbah peluh, berkuah keringat dalam memberikan upaya terbaik hidup ini, otak seratus persen digunakan untuk mengatur strategi yang paling jitu dan paling mutakhir, dan hati pun seratus persen bertawakal kepada Allah, maka kita pun akan puas menjalani hidup yang singkat ini dengan perbuatan yang Insya Allah tinggi dan bermutu. Inilah justru yang dikehendaki oleh Islam, yang telah dicontohkan oleh Rasulullah, para sahabatnya yang terhormat, dan orang-orang shaleh sesudahnya. Berjiwa mandiri, tidak bergantung pada orang lain, sehingga mereka mampu mengukir dalam sejarah kenangan yang indah dan mengagumkan.

Oleh sebab itu, bangkitlah dan jangan tunda-tunda lagi untuk menjadi seorang pribadi muslim yang berjiwa mandiri, yang unggul dalam potensi yang telah dianugerahkan Allah Ta’ala kepada setiap diri hamba-hamba-Nya. Kitalah sebenarnya yang paling berhak menjadi manusia terbaik, menjadi manusia yang mandiri, tidak harus bergantung kepada negara Barat. Kitalah sebenarnya yang mampu menggenggam dunia ini, daripada mereka yang ingkar, tidak mengakui bahwa segala potensi dan kesuksesan itu adalah anugerah dan karunia Allah Ta’ala, Dzat Maha Pencipta dan Maha Kuasa atas jagat raya alam semesta dan segala isinya ini.

Mari kita terus memupuk jiwa ini agar dapat menjadi jiwa yang mandiri, yakin pada diri sendiri dengan kemampuan dan kemauan yang kita miliki tentu kita bisa. Tidak mengharap dan bergantung pada orang lain. Wallahu A’lam Bish Showab.(Yudi).   

0 komentar: