“Si Fulanah sekarang berpakaian tertutup, jarang keluar, gak mau gaul sama temen-temennya, jadi ekstrim”. mungkin sekelumit dari bahan bisik-bisik tetangga yang acapkali disematkan kepada wanita muslimah yang baru memulai menjalankan sebagian dari apa yang diperintahkan oleh Allah, Tidak cukup dengan “ngerasani” (mengghibah), kadang yang emang gak seneng sampe berani mengolok-olok secara langsung.
Memang berat
tantangan menjalankan perintah Allah di zaman yang penuh dengan kerusakan moral
ini, bagaimana tidak fakta yang kita lihat sehari-hari sedikit sekali yang
ngerti tentang urusan agama. Media masa pun senantiasa mengkampanyekan acara-acara
yang jauh di luar pemahaman syari’at. Dan ternyata itulah pola hidup yang
banyak digemari oleh para muda-mudi saat ini. Segalanya serba “free” (bebas),
seperti tanpa mengenal norma sedikitpun. Dapat kita saksikan bersama ramainya
jalanan, terutama di hari minggu, muda-mudi tanpa ikatan (pernikahan)
berboncengan layaknya suami istri, dan anehnya mereka mengaku seorang muslim.
Pola hidup bebas
telah menjangkiti umat Islam di era serba instan ini, sampai-sampai ada yang
mengikrarkan diri berfaham Islam liberal. Yang namanya liberal so pasti tanpa
aturan, sekehendaknya sendiri mengotak-atik ayat. Dan yang lebih ngiris lagi
tokoh wanitanya, berfatwa sudah seperti ulama tersohor: menghalalkan lesbian,
mengharamkan poligami, dan yang sering digembor-gemborkan adalah kesetaraan
gender. Nyaris hampir semua wanita menganut pemahaman ini, yang hasilnya susah
diatur, maunya keluar rumah karena beralasan kesetaraan peran, emansipasi dan
selalu berdalil kebebasan berekspresi.
Namun dikala
berkecamuknya akhlak para wanita, di sisi lain, masih ada secuil mutiara yang
tersembunyi di tengah tengah kerusakan itu, yaitu wanita muslimah nan shalihah.
Yang senantiasa menjaga diri agar tidak menjadi fitnah dengan tetap berada di rumahnya
kecuali jika ada udzur syar’i yang membolehkannya keluar. Ruang geraknya hanya
terbatas pada rumah, tempat untuk menimba ilmu syar’i ataupun ilmu dunia. Jika
hendak memenuhi keperluannya tidak berlama-lama seperti yang dilakukan wanita
lainnya yang terkenal dengan istilah “shoping”.
Keterbatasan
gerak itulah yang menjadikannya seperti wanita pingitan, tapi dibalik itu semua
tidak lain adalah wujud ketaatannya kepada Allah. Karena Allah Ta’ala
telah berfirman :
“Dan hendaklah
kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti
orang-orang Jahiliyah yang dahulu (QS: AlAhzab:33).
Allah
telah memerintahkan kepada wanita untuk menjaga dirinya dengan tetap berada di rumahnya
dan tidak keluar tanpa adanya alasan yang dibenarkan. Sedangkan sekarang
berjubelnya wanita yang rata-rata berpakaian minim di jalan-jalan merupakan
dampak dari “tasyabuh” (meniru-niru) terhadap orang-orang “Barat” yang padahal
Allah telah melarang hal itu. Yang harus dilakukan seorang muslimah adalah
tidak mengikuti mereka walaupun menyelisihi kebanyakan dan pastinya akan mendapatkan
celaan atau cap buruk.
Jujurlah!
Banyak orang tua zaman sekarang tidak mampu menahan anak-anak perempuan mereka
agar tidak terlalu bebas keluar bersama laki-laki yang belum jelas akhaknya.
Bukankah orang tua hari ini tidak mampu mengontrol anak-anak mereka untuk tidak
terlalu bebas dalam pergaulan? Tidaklah hal ini mereka lakukan melainkan karena
mereka khawatir dengan anak mereka jangan sampai terlalu “dekat-dekat” dengan
teman yang bukan mahromnya, sebab sudah sangat jelas bahwa hal tersebut dapat
mengarah kepada perbuatan zina sebagaimana yang banyak terjadi pada zaman ini.
Lalu, kenapa wanita muslimah yang senantiasa menutup segala jalan menuju
kerusakan moral dikatakan sebagai kaum ekstrim dan fanatik? Lalu solusi macam
apa yang orang tua zaman sekarang tawarkan untuk menutup segala “fitnah
syahwat” tersebut selain berpegang teguh dengan Islam?
Cap wanita
pingitan, tidak berkembang, telah dijuruskan kepada mereka yang teguh
menjalankan perintah Allah di atas, yaitu wanita muslimah. Lebel-lebel itu
dipropagandakan oleh mereka yang selalu liberalis. Hingga sedikit sekali yang
mau mengikuti jejak kebaikan karena lebel-lebel negatif selalu dipasangkan
kepada mereka.
Tapi wanita
muslimah adalah yang selalu teguh terhadap pendiriannya (dalam kebaikan
tentunya) sehingga tidak boleh terpengaruh atau sekedar terbetik untuk
mengikuti jejak mereka yang maunya bebas. Karena yang namanya kebaikan akan
selalu ditutup-tutupi oeleh syaithan sehingga terkesan buruk di mata manusia.
Wahai wanita
muslimah tetaplah istiqomah di jalan Alloh. Kalian adalah solusi, kalian adalah
dambaan umat ini. (Zahidah)
0 komentar:
Post a Comment