Thursday, 27 March 2014

Tiga Pertanyaan Yang Menentukan

Di antara pengertian Islam yaitu ia mengandung jawaban yang sempurna  lagi benar untuk menjawab segala pertanyaan  yang muncul di tengah-tengah kehidupan manusia. Begitu pula Islam mampu mengungkap syubhat-syubhat yang berkembang, karena memang  Islam sangat relefan dengan kehidupan sejak dahulu sampai sekarang bahkan sampai kiamat  nanti yang mungkin tidak kita dapatkan di agama-agama lain. Di antara pertanyaan tersebut adalah dari mana kita datang?, untuk apa kita datang?, dan akan kemana kita kembali? Ketika ketiga pertanyaan ini muncul, akal manusia berusaha untuk mencari jawabannya, padahal Islam telah menjawabnya dengan gamblang
:

  1. Dari mana kita datang?       

            Pertanyaan mudah ini mungkin kita bingung untuk mencari jawabanya, darimana kita datang maksudnya adalah dari manakah asal kita. Al-Qur’an telah menjawab pertanyaan tersebut dalam firman-Nya :

            "Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan? Dia diciptakan dari air yang dipancarkan, Yang keluar dari antara tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan. (QS At-thaariq : 5-7)

"Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).  Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik. (QS, Al-Mu’minun : 12-14)

            Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa manusia itu tidak ada, maka Allah Ta'ala menciptakannya dari tanah, kemudian menjadikan keturunannya dari air nuthfah (mani) yang hina. Maka dari itu penciptaan manusia yang pertama (Nabi Adam) diciptakan dari tanah, sedang keturunannya diciptakan dari air (nuthfah) mani. Sebagaimana firman Alloh :

"Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim), (QS Al Qiyamah: 37)

2.      Untuk apa kita datang?
     
Alloh menciptakan manusia di atas muka bumi ini memiliki tujuan yang mulia yaitu untuk beribadah hanya kepada Alloh, bukan tanpa tujuan!. Sebagaimana firmanNya :

            "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku” (QS, At-Dzariat : 56)

            Ibadah ini mencakup ma'rifatullah (mengenal Alloh), mahabbatullah (mencintai Alloh), tunduk kepada-Nya, mengikuti jalan Allah Ta'ala yang telah digariskan bagi manusia untuk mengangkat derajatnya ke tempat yang sesuai, agar mendapat kemenangan dengan kebahagiaan yang hakiki di dunia maupun di akherat. Ibadah kepada Allah Ta'ala itu mencakup arti yang luas.

3.      Kemana kita akan kembali?
      Jawaban


"Hai manusia, Sesungguhnya kamu Telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, Maka pasti kamu akan menemui-Nya. (QS, Al-Insyiqoq : 6)
            Maksudnya adalah manusia di dunia Ini baik disadarinya atau tidak adalah dalam perjalanan kepada Tuhannya. dan tidak dapat tidak dia akan menemui Tuhannya untuk menerima pembalasan-Nya dari perbuatannya yang buruk maupun yang baik.

“Kemudian kepada Tuhanmulah kembalimu lalu dia memberitakan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan. (QS, Az-Zumar : 7)

            Ayat mulia ini menerangkan tentang tempat kembali manusia setelah matinya, kembali kepada penciptaNya untuk mendapat balasan atas perbuatannya di dunia, dan memasukkanya ke tempat yang sesuai.
            Berdasarkan keterangan ini, kita menyimpulkan bahwa ’aqidah Islam merupakan sudut pandang mendasar untuk menjawab pertanyaan pokok. ”Dari mana saya? Untuk apa saya hidup di dunia ini? Setelah hidup di dunia, ke mana saya akan kembali? Jawaban atas tiga pertanyaan mendasar ini, akan melahirkan hal-hal yang paling mendasar (yaitu ’aqidah) yang akan melahirkan pemikiran dan sikap manusia.

            Hal ini sangat berbeda sekali dengan cara pandang kaum kapitalisme dan sosialisme-komunisme. Sebagai contoh, seseorang ditanya: dari mana anda berasal? Maka orang-orang sosialis akan menjawab: Saya berasal dari materi. Seluruh kehidupan dunia ini, berasal dari evolusi materi. Materi berkembang berdasarkan kaedah dialektika materialisme. Tidak ada proses penciptaan di alam raya ini. Tuhan itu tidak ada dan hanya khayalan manusia saja. Orang kapitalis akan memberikan jawaban sebagai berikut: Semua terserah anda. Jika anda meyakini bahwa anda diciptakan oleh Tuhan berarti anda diciptakan oleh Tuhan. Jika anda tidak meyakini Tuhan berarti anda tidak diciptakan oleh Tuhan. Namun, masalah keyakinan seperti itu –kepercayaan agama- harus diletakkan dalam wilayah individu. Kehidupan ini harus diatur oleh manusia sendiri tanpa perlu campur tangan dari Tuhan. Kehidupan dunia ini harus sekuler. 

            Walhasil, mereka tidak pernah mempersoalkan pertanyaan semacam ini. Oleh sebab itu, jika mereka disodori dengan pertanyaan berikutnya, Untuk apa anda hidup di dunia ini dan setelah kehidupan dunia ini anda akan kembali ke mana?” Tentu mereka akan menjawab dengan jawaban yang berbeda-beda. Kaum kapitalis dan sosialis-komunis akan menjawab pertanyaan dengan jawaban, ”Saya hidup di dunia ini untuk mengejar dan mengecap kehidupan materi.” jawaban ini juga berdampak terhadap cara pandang mereka terhadap perbuatan manusia, ukuran-ukuran baik buruknya, serta bentuk peradaban yang hendak mereka bangun. (Hafidz)

0 komentar: