Ceritanya gini sobat, ketika itu aku bisa merasakan
betapa senangnya perasaan kedua orang tuaku melihat anak-anaknya telah selesai
menempuh pendidikannya baik yang di SD, SMP, dan MA. Sedangkan latar belakang
orang tuaku tergolong orang yang tak punya, tapi dengan niat yang tulus dan
tekad yang kuat, al hasil orang tuaku bisa melewati itu semua. Tapi sobat dibalik kebahagiaan itu
juga tersempil rasa miris di hati orang tuaku, (loh kok bisa….?) karena kita semua ingin melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi lagi, sedangkan keadaan orang tuaku pada saat itu
keadaan ekonominya sedang lemah, buat makan sehari- hari saja itu kita harus
serba ndadak nyari, karena orang
tuaku tidak punya pekerjaan tetap (Buruh).
Ceritapun belum berakhir pada saat itu,
pada saat itu
aku, kakak dan adikku sama-sama ingin melanjutkan pendidikannya, sedangkan
orang tuaku sangat kebingungan dari mana biayaanya, seketika hatiku ini
menangis, melihat kedua orang tuaku itu. Singkat cerita akhirnya aku yang
mengalah, kakaku melanjutkan kuliahnya dan adikku melanjutkan ke tingkat SMP,
mimpiku yang selama ini aku idam-idamkan terpaksa aku tunda dahulu, untuk
kebaikan kita semua.
Hari demi hari aku melewati masa-masa itu dengan bergaul
dengan orang –orang yang tak karuan tujuan hidupnya, karena terbatasnya
pengetahuan aku terhanyut dalam lingkungan yang menurut mata orang alim itu
tidak dibenarkan, setahun lamanya aku ada di dunia seperti itu. Ketika tiba
sadarku, aku berpikir,”apa hidupku mau
begini-begini terus….?”, di kemudian hari aku berpikir lagi dan seketika
itu juga aku perlahan meninggalkan dunia yang tak bertujuan itu.
Tak lama datanglah seorang yang melihat potensi dalam
diriku, dia berkata padaku, “ Hai sobat
kamu sebenarnya mampu tapi kamu butuh penuntun”. Dia hanya berkata seperti itu, tiap malam aku memikirkan
kata-kata itu, apa maksudnya?! Setelah beberapa hari aku menemukan jawabannya,
ternyata aku masih bisa untuk mencapai cita-citaku walau entah kapan waktunya, yang penting sejauh mana kita
mau berusaha.
Minggu berikutnya aku
ditawari untuk menggembala kambing dan hasilnya dibagi dua dengan pemilik,
dengan bahagianya aku menerima tawaran itu. Singkat cerita, hari demi hari,
susah senang aku lewati dengan penuh semangat untuk mencapai cita-citaku.
Setahun lamanya, al hasil
keuntungan ternak itu bisa untuk biaya hidup, sekolah adiku dan biaya untuk aku
masuk sekolah lagi.
Hari pertama aku masuk
sekolah, ya Allah rasanya seneng banget, walau berbeda dengan teman-temanku
yang lain, beda dalam artian aku hanya menggunakan sepeda sedangkan mereka
menggunakan sepeda motor. Yang namanya ejekan dan cemoohan sering sekali
terlontar padaku dan kawanku, tapi aku terima itu semua, toh memang itu adanya. Setiap hari aku berpikir, “ Ya Allah apa nasibku terus begini…?” terus
ada dalam keterpurukan, tapi walau itu adanya aku tetap optimis bahwa roda
kehidupan akan berputar, dalam artian kita tak selamanya akan ada di bawah, toh entah kapan waktunya kita akan
berada di atas.
Singkat
cerita, dua tahun sudah aku lewati semua itu dengan susah payah, sering
terbesit pemikiran dan mimpi “ya allah
andai aku bisa seperti mereka punya ini punya itu sehingga memudahkan kita
dalam belajar”, mimpi…. Mimpi dan mimpi berkhayal dan berkhayal… itulah
aku, dengan berkhayal dan ikhtiar yang gigih, akhirnya Allah mendengar do’a ku,
apa yang aku harapkan selama ini sedikit demi sedikit terpenuhi. Orang-orang
yang dulu membenciku dan menganggapku acuh tak acuh, kini berbalik 1800.
Sampai menjelang akhir kisah pengalaman hidupku semasa
sekolah yang penuh kontroversi, aku bisa meraih mimpiku setelah bisa membuat
orang tuaku bangga melihatku sukses dalam sekolahku.
Sampai saat ini aku bisa banyak belajar dari pengalaman
itu, bahwa kehidupan itu tak selamanya pahit, toh entah kapan waktunya akan berakhir dengan hasil yang manis.
Intinya kesimpulan dari kisahku ini, adalah karena
keadaan kita bisa berpikir maju, karena keadaan pulalah kita tak mampu berpikir
maju. Dalam artian tergantung kita
bagaimana menyikapi hidup yang kita jalani. Pahit tak selamanya pahit dan manis
tak selamanya manis, jika kita mau berusaha, pasti ada jalan, tinggal kita
memahami akan prosesnya itu.
Kisah ini adalah kisah
nyata, berdasarkan apa yang saya alami sendiri….(Ikwan, Jawa Tengah)
0 komentar:
Post a Comment