Tuesday, 25 March 2014

Pahit Yang Berubah Manis

          
  Ketika itu aku “(Sebut saja ………..)” baru saja lulus SMP, ketika itu juga berbarengan dengan kakakku yang baru lulus dari Madrasah Aliyah dan adiku yang lulus juga dari SD. 
 
            Ceritanya gini sobat, ketika itu aku bisa merasakan betapa senangnya perasaan kedua orang tuaku melihat anak-anaknya telah selesai menempuh pendidikannya baik yang di SD, SMP, dan MA. Sedangkan latar belakang orang tuaku tergolong orang yang tak punya, tapi dengan niat yang tulus dan tekad yang kuat, al hasil orang tuaku bisa melewati  itu semua. Tapi sobat dibalik kebahagiaan itu juga tersempil rasa miris di hati orang tuaku, (loh kok bisa….?) karena kita semua ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi lagi, sedangkan keadaan orang tuaku pada saat itu keadaan ekonominya sedang lemah, buat makan sehari- hari saja itu kita harus serba ndadak nyari, karena orang tuaku tidak punya pekerjaan tetap (Buruh).

            Ceritapun belum berakhir pada saat itu,
pada saat itu aku, kakak dan adikku sama-sama ingin melanjutkan pendidikannya, sedangkan orang tuaku sangat kebingungan dari mana biayaanya, seketika hatiku ini menangis, melihat kedua orang tuaku itu. Singkat cerita akhirnya aku yang mengalah, kakaku melanjutkan kuliahnya dan adikku melanjutkan ke tingkat SMP, mimpiku yang selama ini aku idam-idamkan terpaksa aku tunda dahulu, untuk kebaikan kita semua.

            Hari demi hari aku melewati masa-masa itu dengan bergaul dengan orang –orang yang tak karuan tujuan hidupnya, karena terbatasnya pengetahuan aku terhanyut dalam lingkungan yang menurut mata orang alim itu tidak dibenarkan, setahun lamanya aku ada di dunia seperti itu. Ketika tiba sadarku, aku berpikir,”apa hidupku mau begini-begini terus….?”, di kemudian hari aku berpikir lagi dan seketika itu juga aku perlahan meninggalkan dunia yang tak bertujuan itu.

            Tak lama datanglah seorang yang melihat potensi dalam diriku, dia berkata padaku, “ Hai sobat kamu sebenarnya mampu tapi kamu butuh penuntun”. Dia hanya berkata seperti itu, tiap malam aku memikirkan kata-kata itu, apa maksudnya?! Setelah beberapa hari aku menemukan jawabannya, ternyata aku masih bisa untuk mencapai cita-citaku walau entah  kapan waktunya, yang penting sejauh mana kita mau berusaha. 

            Minggu berikutnya aku ditawari untuk menggembala kambing dan hasilnya dibagi dua dengan pemilik, dengan bahagianya aku menerima tawaran itu. Singkat cerita, hari demi hari, susah senang aku lewati dengan penuh semangat untuk mencapai cita-citaku. 

            Setahun lamanya, al hasil keuntungan ternak itu bisa untuk biaya hidup, sekolah adiku dan biaya untuk aku masuk sekolah lagi. 

            Hari pertama aku masuk sekolah, ya Allah rasanya seneng banget, walau berbeda dengan teman-temanku yang lain, beda dalam artian aku hanya menggunakan sepeda sedangkan mereka menggunakan sepeda motor. Yang namanya ejekan dan cemoohan sering sekali terlontar padaku dan kawanku, tapi aku terima itu semua, toh memang itu adanya. Setiap hari aku berpikir, “ Ya Allah apa nasibku terus begini…?” terus ada dalam keterpurukan, tapi walau itu adanya aku tetap optimis bahwa roda kehidupan akan berputar, dalam artian kita tak selamanya akan ada di bawah, toh entah kapan waktunya kita akan berada di atas.

            Singkat cerita, dua tahun sudah aku lewati semua itu dengan susah payah, sering terbesit pemikiran dan mimpi “ya allah andai aku bisa seperti mereka punya ini punya itu sehingga memudahkan kita dalam belajar”, mimpi…. Mimpi dan mimpi berkhayal dan berkhayal… itulah aku, dengan berkhayal dan ikhtiar yang gigih, akhirnya Allah mendengar do’a ku, apa yang aku harapkan selama ini sedikit demi sedikit terpenuhi. Orang-orang yang dulu membenciku dan menganggapku acuh tak acuh, kini berbalik 1800

            Sampai menjelang akhir kisah pengalaman hidupku semasa sekolah yang penuh kontroversi, aku bisa meraih mimpiku setelah bisa membuat orang tuaku bangga melihatku sukses dalam sekolahku.
            Sampai saat ini aku bisa banyak belajar dari pengalaman itu, bahwa kehidupan itu tak selamanya pahit, toh entah kapan waktunya akan berakhir dengan hasil yang manis. 

            Intinya kesimpulan dari kisahku ini, adalah karena keadaan kita bisa berpikir maju, karena keadaan pulalah kita tak mampu berpikir maju. Dalam artian tergantung kita bagaimana menyikapi hidup yang kita jalani. Pahit tak selamanya pahit dan manis tak selamanya manis, jika kita mau berusaha, pasti ada jalan, tinggal kita memahami akan prosesnya itu.
            Kisah ini adalah kisah nyata, berdasarkan apa yang saya alami sendiri….(Ikwan, Jawa Tengah)

0 komentar: