Sobat Fityan, ngomongin soal
agama, kata sebagian kalangan dianggap sensitif. Saking sensitifnya, kita nggak
boleh ngomongin agama secara vulgar di tempat umum. Misalnya, sahabat bertanya
kepada seorang teman di sekolah dalam forum umum, ”Agama kamu apa?” bisa jadi
kita dianggap arogan, atau dicap sebagai orang yang melontarkan pertanyaan
dengan sentimen atau tendensius serta SARA dan macam-macam pikiran lainnya.”Apa
kata dunia???” begitulah kata anak muda zaman sekarang.
Kenapa?
Karena kita terbiasa
menabukan hal tersebut. Dianggap bahwa agama adalah urusan masing-masing
individu. Nggak boleh ada individu lain yang mempertanyakan dan mempersoalkan
status agama seseorang. Alasannya, kita menjunjung kebersamaan. Jadi jangan
heran pula kalo kemudian muncul istilah toleransi anak bangsa, dialog lintas
agama, dan lain sejenisnya untuk mengkampanyekan tentang pentingnya persamaan.
Padahal jelas sangat berbeda jauh. Wong dasarnya juga beda kok. Jadi apa yang
mau disamakan? Betul ndak? Semoga sahabat bisa memahaminya.
Sahabat fityan, karena saat ini
banyak kaum muslimin yang mulai kendor ikatannya dengan ajaran Islam. Ada pula
yang bahkan sudah melawan setiap ajaran yang ada dalam Islam, juga banyak yang
berupaya menyamakan Islam dengan agama yang lain. Maka perlu kita katakan
kepada mereka dan kita tegaskan bahwa Islam memang beda dengan agama yang lain.
Jadi, nggak bisa pula keyakinan kita digeser-geser dan dipindah-pindah ke
tempat yang lain.
Jadi kalau sahabat berani
mengatakan ”Islam emang beda”! Syukur alhamdulillah. Kenapa? Karena masih punya
harga diri dan sekaligus percaya diri. Harga diri itu mahal, jarang ada yang
rela kalo harga dirinya diinjak-injak (kecuali yang nekat dan gelap mata dengan
menjual dirinya sendiri dalam kenistaan). Kebanyakan orang kalo bicara harga
diri semangat dan antusias. Harga diri harus dipelihara karena urusan hidup dan
mati.
Percaya diri berarti kita
percaya dengan apa yang kita perbuat. Orang yang berani melakukan suatu
perbuatan dan kegiatan, sudah pasti bertanggung jawab. Itu sebabnya, dengan
memiliki rasa percaya diri bisa dipastikan orang tersebut sudah punya alasan
dan tanggung jawab atas apa yang diperbuatnya.
Islam memang berbeda dengan
seluruh agama yang ada di dunia, tidak bisa disatukan karena ibarat air dengan
minyak, Islam nggak bisa dicampur dengan ajaran agama lain. Akan saling menolak
dalam hal prinsip. Akan saling bertentangan dalam masalah akidah. Tidak ada
gaya elektrostatis alias gaya tarik-menarik dalam urusan syariat antara Islam
dan agama lain.
Sekarang coba sahabat
bandingkan mulai dari yang sangat prinsip: yang disembah. Kita, kaum muslimin, cuma menyembah
Alloh Ta’ala, bukan yang lain. Sementara agama lain, Nashrani misalnya,
mereka punya konsep trinitas. Ajaran lain juga sama, menyekutukan Alloh. Jelas
beda, kan? Dan Alloh telah tegaskan aqidah batil ini dalam ayat-Nya:
”Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Al masih
putera Maryam", Padahal Al masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil,
sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu". Sesungguhnya orang yang
mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, Maka pasti Allah mengharamkan kepadanya
surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu
seorang penolongpun. Sesungguhnya kafirlah orang0orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah salah seorang
dari yang tiga", Padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan
yang Esa. jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti
orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.” (QS. Al Maidah: 72-73)
Nah, kalo dari akarnya aja udah beda, maka batang, ranting, daun, bunga
dan buahnya jelas berbeda dong. Betul, nggak? Maka sangat wajar dan adil jika
Alloh Ta’ala mengajarkan keyakinan kita berbeda dengan keyakinan agama
lain. Itu sebabnya, jangan bingung pula kalo syariatnya juga beda. Maka, apa
hak kita menyatakan bahwa semua agama sama? Sehingga kita merasa kudu terlibat
dan melibatkan diri dalam ibadah agama mereka. Bahkan hal itu dianggap wajar!!?
Lihat saja di lapangan, saking nggak ngertinya, ada sebagian dari kita
yang latah ikutan perayaan Natal bersama, misalnya. Malah dengan semangat dan
gagah berani biar dianggap toleran menyambut dan menyampaikan ucapan selamat
kepada mereka. Kalo yang ini namanya sudah salah menempatkan toleransi. Karena
dalam urusan keimanan dan ibadah ini nggak berlaku istilah toleransi.
Sebaliknya, kita kudu keukeuh memegang prinsip. Alloh Ta’ala sudah
mewanti-wanti soal ini dalam Al-Qur’an,
”Katakanlah: "Hai orang-orang kafir. Aku tidak akan menyembah apa
yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak
pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula)
menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah,
agamaku." (QS. Al Kafiruun: 1-6)
Makanya Rosululloh sholallohu ’alaihi wasallam sendiri nggak
pernah menyuruh toleransi yang semacam itu dan tidak pernah pula memberikan
contoh kepada umatnya untuk ikut ’nimbrung’ merayakan dan mengucapkan selamat
pada ibadah dan ritual khusus orang-orang kafir.
Itu baru dari sisi akidah. Sekarang dalam soal universalitas, Islam itu
buat siapa saja. Bukan Cuma buat orang Arab saja, orang Indonesia seperti
kita-kita juga berhak menjadikan Islam sebagai pedoman hidup. Orang kota sampai
desa bisa nyetel sama Islam. Islam bisa dianut oleh mereka yang miskin dan
kaya. Orang berkulit gelap, merah, kuning, dan juga orang bule boleh menerima
Islam. Islam untuk semua manusia.
Terus, Islam juga sesuai dengan fitrah manusia. Misalnya saja, manusia
itu butuh kasih sayang, maka diajarkan akhlak Islam tentang kasih sayang,
perhatian dan kepedulian sebagai manifestasi alias perwujudan dari naluri
melestarikan keturunan. Islam juga telah memberikan hal-hal yang terbaik untuk
mengatur kehidupan manusia, mengatur hubungan antar manusia, juga antara
manusia dengan alam telah diatur di dalam Islam, bahkan sampai masalah buang
hajat pun Islam telah memberikan tuntunannya. Hebat ’kan?
Sahabat, tahukan kamu mengapa Islam adalah agama yang sempurna dan
paripurna? Ya tentu saja, karena Islam berasal dari Dzat Yang Maha Sempurna,
yakni Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Dan Alloh telah menegaskan kesempurnaan
Islam dalam firman-Nya,
”Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah
Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama
bagimu....” (QS. Al Maidah:3)
Itulah kesempurnaan Islam yang menjadikan kita semua kudu dan mesti bangga
dengan Islam dan hidup kita akan menjadi mulia apabila berjalan di atasnya. Maka
katakanlah: Isyhaduu bianna muslim, saksikanlah bahwa aku adalah seorang
Muslim! (Ridwan)
0 komentar:
Post a Comment