Tuesday, 25 March 2014

Islam Memang Beda



Sobat Fityan, ngomongin soal agama, kata sebagian kalangan dianggap sensitif. Saking sensitifnya, kita nggak boleh ngomongin agama secara vulgar di tempat umum. Misalnya, sahabat bertanya kepada seorang teman di sekolah dalam forum umum, ”Agama kamu apa?” bisa jadi kita dianggap arogan, atau dicap sebagai orang yang melontarkan pertanyaan dengan sentimen atau tendensius serta SARA dan macam-macam pikiran lainnya.”Apa kata dunia???” begitulah kata anak muda zaman sekarang.

Kenapa?
Karena kita terbiasa menabukan hal tersebut. Dianggap bahwa agama adalah urusan masing-masing individu. Nggak boleh ada individu lain yang mempertanyakan dan mempersoalkan status agama seseorang. Alasannya, kita menjunjung kebersamaan. Jadi jangan heran pula kalo kemudian muncul istilah toleransi anak bangsa, dialog lintas agama, dan lain sejenisnya untuk mengkampanyekan tentang pentingnya persamaan. Padahal jelas sangat berbeda jauh. Wong dasarnya juga beda kok. Jadi apa yang mau disamakan? Betul ndak? Semoga sahabat bisa memahaminya.

Sahabat fityan, karena saat ini banyak kaum muslimin yang mulai kendor ikatannya dengan ajaran Islam. Ada pula yang bahkan sudah melawan setiap ajaran yang ada dalam Islam, juga banyak yang berupaya menyamakan Islam dengan agama yang lain. Maka perlu kita katakan kepada mereka dan kita tegaskan bahwa Islam memang beda dengan agama yang lain. Jadi, nggak bisa pula keyakinan kita digeser-geser dan dipindah-pindah ke tempat yang lain.

Jadi kalau sahabat berani mengatakan ”Islam emang beda”! Syukur alhamdulillah. Kenapa? Karena masih punya harga diri dan sekaligus percaya diri. Harga diri itu mahal, jarang ada yang rela kalo harga dirinya diinjak-injak (kecuali yang nekat dan gelap mata dengan menjual dirinya sendiri dalam kenistaan). Kebanyakan orang kalo bicara harga diri semangat dan antusias. Harga diri harus dipelihara karena urusan hidup dan mati.

Percaya diri berarti kita percaya dengan apa yang kita perbuat. Orang yang berani melakukan suatu perbuatan dan kegiatan, sudah pasti bertanggung jawab. Itu sebabnya, dengan memiliki rasa percaya diri bisa dipastikan orang tersebut sudah punya alasan dan tanggung jawab atas apa yang diperbuatnya.

Islam memang berbeda dengan seluruh agama yang ada di dunia, tidak bisa disatukan karena ibarat air dengan minyak, Islam nggak bisa dicampur dengan ajaran agama lain. Akan saling menolak dalam hal prinsip. Akan saling bertentangan dalam masalah akidah. Tidak ada gaya elektrostatis alias gaya tarik-menarik dalam urusan syariat antara Islam dan agama lain.

Sekarang coba sahabat bandingkan mulai dari yang sangat prinsip: yang disembah. Kita, kaum muslimin, cuma menyembah Alloh Ta’ala, bukan yang lain. Sementara agama lain, Nashrani misalnya, mereka punya konsep trinitas. Ajaran lain juga sama, menyekutukan Alloh. Jelas beda, kan? Dan Alloh telah tegaskan aqidah batil ini dalam ayat-Nya:

”Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Al masih putera Maryam", Padahal Al masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu". Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, Maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun. Sesungguhnya kafirlah orang0orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga", Padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan yang Esa. jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.” (QS. Al Maidah: 72-73)

Nah, kalo dari akarnya aja udah beda, maka batang, ranting, daun, bunga dan buahnya jelas berbeda dong. Betul, nggak? Maka sangat wajar dan adil jika Alloh Ta’ala mengajarkan keyakinan kita berbeda dengan keyakinan agama lain. Itu sebabnya, jangan bingung pula kalo syariatnya juga beda. Maka, apa hak kita menyatakan bahwa semua agama sama? Sehingga kita merasa kudu terlibat dan melibatkan diri dalam ibadah agama mereka. Bahkan hal itu dianggap wajar!!? 

Lihat saja di lapangan, saking nggak ngertinya, ada sebagian dari kita yang latah ikutan perayaan Natal bersama, misalnya. Malah dengan semangat dan gagah berani biar dianggap toleran menyambut dan menyampaikan ucapan selamat kepada mereka. Kalo yang ini namanya sudah salah menempatkan toleransi. Karena dalam urusan keimanan dan ibadah ini nggak berlaku istilah toleransi. Sebaliknya, kita kudu keukeuh memegang prinsip. Alloh Ta’ala sudah mewanti-wanti soal ini dalam Al-Qur’an,

”Katakanlah: "Hai orang-orang kafir. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku." (QS. Al Kafiruun: 1-6)

Makanya Rosululloh sholallohu ’alaihi wasallam sendiri nggak pernah menyuruh toleransi yang semacam itu dan tidak pernah pula memberikan contoh kepada umatnya untuk ikut ’nimbrung’ merayakan dan mengucapkan selamat pada ibadah dan ritual khusus orang-orang kafir.

Itu baru dari sisi akidah. Sekarang dalam soal universalitas, Islam itu buat siapa saja. Bukan Cuma buat orang Arab saja, orang Indonesia seperti kita-kita juga berhak menjadikan Islam sebagai pedoman hidup. Orang kota sampai desa bisa nyetel sama Islam. Islam bisa dianut oleh mereka yang miskin dan kaya. Orang berkulit gelap, merah, kuning, dan juga orang bule boleh menerima Islam. Islam untuk semua manusia.

Terus, Islam juga sesuai dengan fitrah manusia. Misalnya saja, manusia itu butuh kasih sayang, maka diajarkan akhlak Islam tentang kasih sayang, perhatian dan kepedulian sebagai manifestasi alias perwujudan dari naluri melestarikan keturunan. Islam juga telah memberikan hal-hal yang terbaik untuk mengatur kehidupan manusia, mengatur hubungan antar manusia, juga antara manusia dengan alam telah diatur di dalam Islam, bahkan sampai masalah buang hajat pun Islam telah memberikan tuntunannya. Hebat ’kan?

Sahabat, tahukan kamu mengapa Islam adalah agama yang sempurna dan paripurna? Ya tentu saja, karena Islam berasal dari Dzat Yang Maha Sempurna, yakni Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Dan Alloh telah menegaskan kesempurnaan Islam dalam firman-Nya,

”Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu....” (QS. Al Maidah:3)

Itulah kesempurnaan Islam yang menjadikan kita semua kudu dan mesti bangga dengan Islam dan hidup kita akan menjadi mulia apabila berjalan di atasnya. Maka katakanlah: Isyhaduu bianna muslim, saksikanlah bahwa aku adalah seorang Muslim! (Ridwan)


0 komentar: