Tuesday, 25 March 2014

Ku Gapai Jilbab di Bumi Allah

 Untuk yang ketiga kalinya kuterpakan mataku ke papan pengumuman itu, miris hati ku melihat di sana terpampang jelas bahwa aku tidak di terima di SMA unggulan di daerahku yang menjadi harapanku dan keluarga. Tak sanggup rasanya kulangkahkan kaki ke rumah, pulang dengan segudang harapan kosong untuk umi dan abi, hatiku menjerit, berkelahi dengan jejak langkahku yang berat dan mencampakkan air mata ketakutan. Nasi sudah menjadi bubur, mungkin itulah pepatah yang tepat. Dan betapa kerasnya azzamku untuk tidak mau masuk ke sekolah swasta yang ada di daerahku, aku malu dengan  teman-temanku.

                                  ***      ***    ***
Dulu lisan ini pernah mengutarakan keinginan untuk memakai khimar(jilbab), tetapi ummi melarang keinginanku itu,
entahlah sepertinya apa yang kualami di atas seakan mengantarkan ku  menuju niatku. Ketika kegalauan menyapa relung hatiku dan keluarga, saudaraku meminta agar aku sekolah di kotanya, metro. Lalu aku pun berangkat beserta ummi dan abi dengan kecepatan roda kereta api dan siup-siup angin malampun mengantarkan kami ke alam mimpi.

            Esoknya setelah kami sampai di rumah saudara, aku diajak untuk mendaftar sekolah..hemm entah, aku bahkan tidak tahu sekolah mana dan seperti apa yang akan kujalani. Pagi itu, setelah aku selesai merelaksasikan tubuhku, terkejut aku melihat ada rok panjang, baju panjang serta satu buah jilbab di atas permadani biru itu. Seragam SMA itulah yang harus kupakai. Aku terdaftar menjadi siswi salah satu SMA MUHAMMADIYAH di Metro. Untuk pertama kalinya aku memakai jilbab. Subhanallah butuh waktu yang cukup lama bagiku untuk menopangnya dengan kekokohan iman di atas mahkota ini. 

          
  Aku merasa Allah sangat menyayangiku, tidak kusangka ucapanku yang dulu atas azzam yang menyala, Allah kabulkan. Mengadu dan menangis jiwaku di bawah bulan di antara teriakkan jangkrik-jangkrik malam.
                                                                                  
                                              ***     ****    ***
Mulailah aku menjalani hari-hariku menjadi siswi SMA yang berjilbab, ketika aku mengikuti sebuah pelatihan organisasi yang ada di sekolahku, salah satu materinya adalah tentang jilbab, seorang pemateri yang tampak keanggunannya dengan gamis kuning muda berbalut jilbab lebar nan putih, dengan senyuman khasnya di setiap bait bahasanya. Subhanallah, terkagum aku melihat ciptaan Allah yang ada di depan mata ini.

Sepulangnya,  di rumah aku terus memilah-milah jilbab yang agak lebar untuk kucoba, di depan kaca aku tersenyum sendiri. Sebuah respon yang membungakan hatiku. Aku sangat pantas dengan yang seperti ini begitu respon salah satu temanku. Lagi-lagi aku semakin merasa bahwa Allah menyayangiku, aku di ajak oleh temanku untuk ikut sebuah kajian islam rutin, saat pulang sekolah. Aku tidak menolaknya, aku pun aktif dalam kajian itu. Seorang Murabbiah yang excellent (begitulah pandanganku padanya), nasihatnya mampu melunakkan hatiku, dari situ aku terus memperbaiki kain pelindung mahkota (aurat) ini. 

           
Allahu Akbar, azzam kubulatkan, aku tidak akan melepas perintahMu ini sampai maut menyapaku. Meskipun banyak yang merintangi untuk menggunakannya, meskipun rayuan manis saudaraku yang mengatakan aku lebih cantik tidak memakai jilbab, atau mereka bilang agar nanti wajahku tidak belang bahkan agar rambut ku tidak ketombean, dan sebagainya. Insyaallah hatiku sudah membatu tidak tergoyah oleh apapun untuk menjaga perintah Allah ini. Bagiku, semua yang mereka katakan adalah menjadi imtihan dari Allah bagi hamba-hamba-Nya yang berusaha menjalankan perintah-Nya.

            Alhamdulillah seiring berjalannya waktu, saat ini ibuku yang dulu melarangku berjilbab sudah menggunakan jilbab, Insyaallah ini adalah buah dari kesabaran menjalankan aturan-Nya.amiin
            Ucapan adalah doa itu yang kuyakini dari yang kualami di atas dari ucapan, lalu Allah berikan jalan hidayah, hingga Allah pertemukan dengan ucapan itu, tinggal tekad dan keistiqamahan yang tinggilah untuk selalu mensyukuri petunjuk kebenaran Ilahi.

            Semoga kisah ini bermanfaat bagi  kita semua (khusunya para akhwat) diistiqamahkan dalam jilbab ini serta terus memperbaikinya. Dan bagi yang belum, semoga Allah senantiasa membukakan pintu hati kita. Amiin… 
(Mumtaza Azmy, Ma’had ‘aliy tarbiyatul Muballighat ‘Aisyiah, Metro).

0 komentar: