Monday, 24 March 2014

Jangan Tukar Akhiratmu Dengan Duniamu



Di dalam kehidupan dunia ini semua orang pasti ingin hidup bahagia, sehingga mereka berusaha bekerja siang-malam, membanting tulang untuk mendapatkan kebahagiaan tersebut. Ada ngga’ sii…h yang bantah? Al fityan yakin banyak yang meng-iyakan. Betul ‘kan? Betul-betul-betul…

Kalo’ soal meraih kebahagiaan dunia nih manusia memang berbeda-beda dalam memilih jalan hidup untuk mendapatkannya; Di antara mereka ada yang memilih jalan yang diridhai oleh Alloh dan ada juga yang semaunya sendiri, dengan tidak memperhatikan cara yang dipilihnya tersebut, diridhai oleh Alloh atau tidak, yang penting senang lah sobat…Cuma kalo’ ditanya sobat semua mau milih yang mana? Tentunya yang pertama donk!

Sobat, siapa sih yang kagak senang memandang dunia ini dengan kacamata hawa nafsu dan syahwat?
Bayangin aja…rumah megah, hartanya melimpah, mobil yang mewah, istri juga wah…sampai-sampai ada slogan, “Muda foya-foya, tua kaya raya, mati masuk surga” (mmm…kaya’ di alam mimpi deh)….Sehingga ga’ heran kali ya kalau banyak orang kepincut (tergoda) denganya.

Sobat, dalam menyikapi dunia, secara umum manusia terbagi menjadi dua kelompok. Apa saja? Ini dia...

Pertama, mereka yang mengingkari adanya negeri pembalasan setelah alam dunia ini. Tentang mereka Alloh berfirman :

            "Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) Pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami, mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan" (QS, Yunus : 7-8)

            Mereka adalah orang-orang yang seluruh cinta mereka hanyalah bersenang-senang, menikmati kehidupan dunia dan berusaha mencapainya sebelum kematian tiba, pokoknya deh yang ada dipikirannya hanya ada dua; kalau ngga’ nafsu perut, ya nafsu bawah perut (sex), ih-ih…kok seperti binatang ya.., ya memang seperti itu kenyataanya, dan seperti itulah yang Alloh misalkan buat mereka, sebagaimana firmanNya,

            "Dan orang-orang kafir bersenang-senang (di dunia) dan mereka Makan seperti makannya binatang. dan Jahannam adalah tempat tinggal mereka"(QS, Muhammad : 12)

            Kedua, mereka yang meyakini adanya alam pembalasan setelah kematian. Merekalah orang-orang yang mengikuti para Rosul (Muslim). Dalam hal ini mereka terbagi menjadi 3 (tiga) golongan, hal ini sebagaimana yang Alloh sebutkan di dalam  firmanNya, surat Faathir ayat 32, bunyinya :

            "Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan, dengan izin Allah. yang demikian itu adalah karunia yang Amat besar"

            So…kite termasuk golongan yang mana ye…??? Eits...tak perlu toleh ke kanan ke kiri dan kebelakang…KITA! Ya, Jawabannya ada pada diri kita masing-masing. Makanya...inga’-inga’, hidup adalah pilihan, jangan sampai salah pilih... 

Yupz sobat fityan, di bawah ini kita akan sedikit banyak membahas tentang bagaimana keadaan orang-orang Islam, baik zaman ’baheula’ (dulu) dengan zaman ’ayeuna’(sekarang) ternyata sama, sama-sama memiliki keimanan yang bertingkat-tingkat. Adapun penjelasanya sebagai berikut :

            Golongan Pertama: Zhalimun linafsih (golongan yang mendzalimi dirinya sendiri), sobat !! Ternyata jumlah mereka yang paling banyak dibanding golongan yang lain, kebanyakan mereka terbuai dengan indahnya dunia. Mereka menyikapi dunia tidak semestinya. Bagi mereka, dunia adalah segalanya. Mereka inilah orang-orang yang rela dan ridho menukar akherat mereka dengan dunia. Mereka beriman kepada akherat secara global tetapi mereka tidak mengerti apa itu dunia, padahal dunia hanyalah sebagai bahtera yang akan mengantarkan dirinya kepada akherat. Yang paling ironi, mereka pada nggak sadar dan kagak tahu kalau kehidupan di dunia ini hanyalah sebagai ladang untuk persiapan menuju persinggahan terakhir yang lebih kekal, yaitu akherat. Tentunya persiapan tersebut adalah dengan amal shaleh, sebagai bekal ketika dimintai pertanggung jawaban di hadapan Alloh.

            Padahal mereka adalah seorang muslim, tapi enggan beribadah kepada Alloh. Mereka lebih cinta kepada hawa nafsunya ketimbang Alloh dan Rosulnya, sehingga tidak jarang kita temukan seorang muslim yang kagak mau sholat, puasa, apalagi haji. Dan bergelimangan dalam kemaksiatan. 

            Golongan Kedua Muqtasid, mereka adalah orang yang menikmati dunia dari arah yang dibenarkan, mubah. Mereka tetap melaksanakan seluruh yang wajib, lalu membiarkan dirinya bersenang-senang dengan kenikmatan dunia, mereka tidak mendapatkan hukuman, hanya saja derajat mereka rendah.

            Golongan ketiga sabiqun bilkhairat, mereka adalah kaum yang bersegera dalam kebaikan. Mereka berlomba-lomba melaksanakan apa saja yang diperintahkan oleh Alloh subahanhu wa ta’ala. Mereka tidak hanya melaksanakan amal ibadah yang sifatnya wajib semata, akan tetapi merekapun berusaha semaksimal mungkin mengamalkan hal-hal yang disunnahkan. Mereka tidak hanya meninggalkan hal-hal yang diharamkan, akan tetapi merekapun berusaha menghindarkan diri dari sesuatu yang makruh. 

            Mereka adalah orang-orang yang faham tujuan dari dunia dan beramal sesuai dengannya. Mereka mengerti bahwa Alloh menempatkan hamba-hambanya di negeri ini untuk diuji, siapa yang paling baik amalanya, dan siapa yang paling zuhud dengan dunia dan paling cinta dengan akhirat. Alloh berfirman :

"Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya"(QS, Al-Kahfi : 7).

            Sobat!! Dari ketiga golongan di atas yang paling baik tentunya adalah golongan yang ketiga, golongan yang menyegerakan dirinya untuk beramal shaleh dan memahami akan hakekat dunia, dunia hanyalah sebagai tempat persinggahan sementara, sebagai tempat untuk bercocok tanam kebaikan.

MAU ZUHUD KOK SUSAH…..
            Sobat !! banyak kita temukan orang-orang yang salah dalam memahami zuhud, menurutnya zuhud itu ialah berpenampilan compang-camping, berkendaraan jelek, makan makanan yang kagak enak-enak, pokoknya kehidupan yang serba susah. Apakah memang seperti itu makna zuhud sebenarnya??

            Sobat, para ‘ulama banyak memberikan definisi zuhud, di antaranya adalah Fudhail bin Iyadh Rahimahulloh, beliau berkata : "Pondasi zuhud adalah ridha terhadap segala yang datang dari Alloh". 

Ibnu Taimiyah Rahimahulloh berkata "zuhud adalah meninggalkan semua yang tidak bermanfaat di akherat"
            Jadi, seseorang ketika diberikan kemudahan dalam rizkinya, diberikan fasilitas yang baik, seperti kendaraan, rumah, dan semisalnya apabila semua itu dipergunakan dalam ketaatan kepada Alloh berarti ia telah berbuat zuhud.

            Bukankah sahabat Abdurahman bin Auf adalah orang zuhud? Tapi beliau mampu menginfaqkan setengah dari kekayaan yang dimiliki, bahkan tidak cukup dengan itu, beliau juga menginfaqkan di jalan Alloh 500 ekor kuda dan onta, (berapa joba bila dirupiahkan?). tidak ada yang bisa kita katakan kecuali mengatakan: luar biasa…!!!

            Satu lagi! Lihatlah kezuhudan sahabat Utsman bin Affan, beliau telah berinfaq di jalan Alloh 10.000 dinar, ditambah 3000 onta dan 50 kuda. Bawa kalkulator lalu itung kira-kira berapa besar sedekah sahabat Utsman tersebut? Dari mana kekayaan mereka? Apakah mereka mendapatkannya hanya dengan duduk-duduk saja? Lalu, apakah mereka dengan kekayaanya tersebut tidak zuhud? Justru mereka itulah orang-orang yang telah mengamalkan hekekat zuhud yang sebenarnya. Karena dengan kekayaan yang dimiliki mereka gunakan dalam mencari keridhaan Alloh. 

            Setelah kita mengetahui arti zuhud, sesungguhnya zuhud itu mudah bagi orang yang dimudahkan oleh Alloh. Yang pada prinsipnya adalah tidak menjadikan dunia sebagai tujuan utama! Itulah kata kunci yang harus kita ingat.
Dalam hal ini, kita simak firman Allah subhanahu wa ta’ala :

"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi" (QS, Al-Qashas : 77 )
            Nah, dalam ayat di atas dengan jelas ketika Alloh menyebutkan tentang kehidupan akherat menggunakan kata perintah: Dan carilah!” Sedangkan dalam qoidah ushul fiqih dijelaskan :
الأَمْرُ يَقْتَضِي الوُجُوْبُ
"Perintah menunjukkan sesuatu itu wajib untuk dikerjakan"

Sehingga untuk mencari kehidupan akhirat hukumnya adalah wajib, yaitu dengan amal shaleh dan keikhlasan tentunya. Adapun ketika Alloh menyebutkan tentang kehidupan dunia hanya dengan menggunakan kata "Dan janganlah kalian lupa dengan dunia" yang kesimpulannya adalah bahwa kehidupan dunia bukanlah tujuan utama.

            Mudah-mudahan kita tergolong hamba-hamba Alloh yang dapat menjadikan kehidupan dunia sebagai bahtera untuk menuju kehidupan akhirat, dan bukan tergolong orang-orang yang terbuai dengan dunia, sehingga rela menggadaikan keimanan dan bahkan kehormatan hanya gara-gara nikmat yang sesaat dan akhirnya berhujung kepada penyesalan yang tiada obat. 

Maka, mulai dari sekarang tanamkan dalam hati kita "Duniaku Untuk Akhiratku". Jadikanlah masa depan akhirat di atas segalanya!! Allohu A'lam. (M. Hafidz)


             


1 komentar:

Unknown said...

Walaupun tak semudah....